Kamis 02 Jan 2025 14:51 WIB

Setelah Covid-19, China Dihantui Wabah hMPV, Apa Itu?

Gejala akibat virus hMPV adalah batuk, demam, hidung tersumbat, dan mengi.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Flu (ilustrasi).
Foto: Republika/Mardiah
Flu (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Bertahun-tahun setelah kasus Covid-19 pertama dilaporkan, China kini dihadapkan pada wabah virus pernapasan lainnya yakni human metapneumovirus (hMPV). Paparan virus ini bahkan membuat rumah sakit di berbagai wilayah di China kewalahan akibat lonjakan pasien.

Seiring peningkatan kasus, otoritas kesehatan di seluruh dunia memperingatkan tentang ancaman hMPV dan menekankan pentingnya menjaga kebersihan, seperti mengenakan masker dan rutin mencuci tangan. Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Nasional di China telah menetapkan protokol untuk pelaporan laboratorium dan verifikasi kasus.

Baca Juga

“Data dari 16-22 Desember menunjukkan peningkatan infeksi pernapasan akut, termasuk hMPV, terutama di provinsi utara. Kasus-kasus terkini sebagian besar melibatkan individu di bawah usia 14 tahun,” demikian menurut laporan badan tersebut.

Media pemerintah China, CCTV, juga mengonfirmasi bahwa infeksi pernapasan musim dingin ini sebagian besar disebabkan oleh virus influenza, dengan hMPV juga berkontribusi. Virus hMPV sendiri pertama kali terdeteksi pada 2001 oleh peneliti Belanda dalam sampel aspirasi nasofaring dari anak-anak dengan infeksi pernapasan yang disebabkan oleh patogen yang tidak diketahui.

Berikut beberapa hal yang perlu diketahui mengenai wabah hMPV:

1. Gejala hMPV

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China (CDC China) gejala yang muncul akibat virus hMPV adalah batuk, demam, hidung tersumbat, dan mengi. Kasus yang parah dapat mengakibatkan bronkitis atau pneumonia, terutama di kalangan bayi, orang tua, dan individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.

“Individu yang memiliki penyakit bawaan terkait paru-paru, seperti asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), atau emfisema, berisiko lebih tinggi mengalami gejala parah,” kata CDC China, seperti dilansir Financial Express, Kamis (2/1/2025).

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement