Kamis 23 Jan 2025 15:25 WIB

Skrining Kejiwaan PKG, Dokter Ingatkan Pentingnya Metode yang Tepat

Penyebab gangguan mental seseorang sangat bervariasi.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Kesehatan mental (ilustrasi). Kesehatan jiwa menjadi salah satu komponen yang masuk dalam program Pemeriksaan Kesehatan Gratis (PKG) gratis yang diinisiasi Kementerian Kesehatan.
Foto: Pixabay
Kesehatan mental (ilustrasi). Kesehatan jiwa menjadi salah satu komponen yang masuk dalam program Pemeriksaan Kesehatan Gratis (PKG) gratis yang diinisiasi Kementerian Kesehatan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kesehatan jiwa menjadi salah satu komponen yang masuk dalam program Pemeriksaan Kesehatan Gratis (PKG) gratis yang diinisiasi Kementerian Kesehatan. Pemeriksaan kesehatan jiwa, dibarengi pemeriksaan kesehatan lainnya, akan dilakukan terhadap sejumlah kategori usia mulai dari anak sekolah hingga lanjut usia.

Pemeriksaan kesehatan jiwa ini didasarkan pada tren gangguan mental di Indonesia yang cukup tinggi. Merujuk survei Kementerian Kesehatan mengenai kesehatan mental pada remaja di Indonesia tahun 2022, terungkap bahwa 5,5 persen remaja usia 10-17 tahun mengalami gangguan mental. Sebanyak 1 persen remaja mengalami depresi, 3,9 persen cemas, lalu 0,9 persen mengalami PTSD atau post traumatic syndrome disorder, dan attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD) sebanyak 0.5 persen.

Baca Juga

Sementara itu, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menyatakan bahwa 6,2 persen penduduk usia 15-24 tahun mengalami depresi. Prevalensi depresi tertinggi terjadi pada anak muda (2 persen), namun mereka paling sedikit mengakses pengobatan.

Menanggapi hal ini, dokter spesialis kedokteran jiwa konsultan dr Danardi Sosrosumihardjo, mengatakan bahwa pemeriksaan kesehatan jiwa sedari dini memang sangat penting. Namun dokter Danardi menggarisbawahi perlunya pendekatan yang tepat untuk mendapatkan hasil optimal.

Ia mengungkapkan, beberapa metode seperti wawancara mendalam dan penggunaan kuesioner memiliki perbedaan signifikan dalam tingkat kedalaman informasi yang diperoleh. Karenanya penting untuk menggunakan metode yang tepat dan sesuai.

“Ya sangat penting. Tapi pertanyaan saya, mau menggunakan metode apa untuk melakukan pemeriksaan kesehatan jiwanya? Banyak cara bisa digunakan, apakah dengan wawancara atau kuesioner? Itu banyak ragamnya. Dan level wawancara atau kuesioner yang digunakan akan berbeda sesuai dengan tingkat kedalamannya,” kata dr Danardi saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (23/1/2025).

Dokter Danardi juga mengatakan bahwa penyebab gangguan mental seseorang sangat bervariasi, sehingga pemeriksaan kesehatan ini perlu dilakukan secara menyeluruh. Menurut keterangan Kemenkes, PKG akan diberikan kepada seluruh kelompok sasaran melalui berbagai cara, yaitu PKG Ulang Tahun ditujukan bagi bayi dan anak hingga usia 6 tahun (balita dan prasekolah); PKG Sekolah ditujukan bagi anak usia 7-17 tahun (usia sekolah dan remaja) yang dilaksanakan setiap ajaran tahun baru; serta PKG Khusus ditujukan bagi ibu hamil, bayi, dan anak hingga usia 6 tahun meliputi pemeriksaan kesehatan yang dilakukan sesuai standar pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).

Jenis pemeriksaan yang diberikan akan disesuaikan dengan usia dan beban terbanyak pada setiap kelompok sasaran. Untuk bayi baru lahir, pemeriksaan meliputi deteksi dini terhadap kondisi seperti kekurangan hormon tiroid, adrenal, penyakit jantung bawaan kritis, serta masalah pertumbuhan.

Balita dan anak prasekolah akan menjalani pemeriksaan pertumbuhan, perkembangan, serta deteksi dini terhadap penyakit seperti tuberkulosis, gangguan pendengaran dan lainnya. Lalu pada usia dewasa, pemeriksaan juga akan mencakup evaluasi terhadap faktor risiko kardiovaskular, paru, kanker, fungsi Indera, serta kesehatan jiwa dan hati.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement