REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Aisyiyah, Tri Hastuti Nur Rochimah menegaskan, pihaknya tidak menganjurkan praktik sunat perempuan. Hal ini disampaikan dalam momentum memperingati Hari Tanpa Toleransi terhadap Pelukaan dan Pemotongan Genital Perempuan (P2GP).
“Sunat perempuan adalah tindakan yang merugikan bagi perempuan, bahkan hal ini sudah diakui oleh dunia internasional. Akan tetapi sayangnya praktik ini masih banyak terjadi di Indonesia," ujar Tri dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Jumat (7/2/2025).
Menurut Tri, kondisi ini terjadi karena faktor budaya dan banyaknya pemahaman agama yang keliru yang dipercayai oleh masyarakat. Oleh karena itu, menurut Tri, Aisyiyah terus mengedukasi masyarakat agar menghentikan praktik sunat perempuan. Salah satunya adalah dengan menyebarkan pandangan Islam yang tidak menganjurkan praktik sunat perempuan di kalangan tokoh agama dan tokoh masyarakat.
“Tokoh agama dan tokoh masyarakat menjadi salah satu kunci untuk menghentikan praktik ini, karena mereka sangat didengar pendapatnya di kalangan masyarakat,” ucap Tri.
Selain itu, menurut Tri, Aisyiyah juga bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan untuk melakukan sosialisasi kepada kader-kader ‘Aisyiyah di beberapa provinsi terkait isu sunat perempuan ini. Diharapkan Kerjasama ini akan semakin menguatkan peran kader dalam melakukan edukasi di masyarakat.
![photo](https://static.republika.co.id/uploads/images/headline_slide/khitan-pada-perempuan-adalah-makrumah-kemuliaan-_140806112841-823.jpg)