Selasa 25 Feb 2025 20:08 WIB

KLH Dorong Produsen Gunakan Kemasan Mudah Didaur Ulang

Saat ini ada banyak kemasan produk yang sulit didaur ulang.

Rep: Lintar Satria / Red: Satria K Yudha
Peserta menata berbagai kemasan produk makanan olahan pada pameran Jakarta International Investment, Trade, Tourism and SME Expo (JITEX) 2024 di JCC, Senayan, Jakarta, Rabu (7/8/2024).
Foto: Republika/Prayogi
Peserta menata berbagai kemasan produk makanan olahan pada pameran Jakarta International Investment, Trade, Tourism and SME Expo (JITEX) 2024 di JCC, Senayan, Jakarta, Rabu (7/8/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLH) mendorong produsen untuk menggunakan kemasan yang mudah didaur ulang dan dapat digunakan kembali. Hal ini penting untuk mengatasi permasalahan sampah plastik yang semakin mengkhawatirkan.

Kasubdit Tata Laksana Produsen Deputi Bidang Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Berbahaya dan Beracun (PLSB3) KLH, Ujang Solihin Sidik, menekankan langkah ini sangat penting untuk mengurangi volume sampah plastik yang sulit terurai di tempat pemrosesan akhir (TPA). Ujang menjelaskan bahwa saat ini, banyak kemasan produk yang tidak hanya sulit didaur ulang, tetapi juga berkontribusi besar terhadap penumpukan sampah di TPA.

Baca Juga

"Pemerintah sedang mendorong produsen agar membuat produk atau kemasan yang gampang didaur ulang. Ini penting agar sampah plastik tidak hanya menjadi beban, tetapi juga memiliki nilai ekonomis," katanya di sela diskusi Aspal Plastik: Solusi Efisiensi untuk Infrastruktur Berkelanjutan, Selasa (25/2/2025).

Salah satu inisiatif yang sedang dijalankan adalah pengumpulan sampah plastik dari TPA untuk diolah menjadi bahan baku daur ulang. Ujang menambahkan upaya ini tidak hanya mengurangi jumlah sampah di TPA, tetapi juga memperpanjang usia TPA itu sendiri.

"Plastik tidak bisa terurai seperti sampah organik. Jika kita tidak mengelola plastik dengan baik, maka akan terus menumpuk," jelasnya.

Ujang juga menyoroti tantangan dalam mengumpulkan sampah plastik, terutama dalam hal nilai ekonomis. "Selama barang itu punya harga, punya nilai, di mata pengumpul dan pelapak, mereka akan mencarinya. Namun, jika harganya rendah, mereka tidak akan tertarik," katanya.

Ia memberikan contoh jika harga pengumpulan sampah plastik hanya Rp 500 per kilogram, maka itu sangat rendah dan tidak menarik bagi pengumpul. Namun, jika harga tersebut meningkat menjadi Rp 1.000 atau lebih, maka pengumpul akan lebih termotivasi untuk mengumpulkan sampah plastik.

Dalam konteks ini, Ujang menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, produsen, dan pengumpul. "Kami mengajak berbagai pihak untuk bekerja sama dalam mengumpulkan feedstock yang dibutuhkan. Ini termasuk melibatkan asosiasi pelapak dan pengumpul untuk menggerakkan mereka dalam pengumpulan sampah plastik," ujarnya.

KLH juga berupaya meningkatkan kesadaran produsen tentang pentingnya merancang kemasan yang dapat didaur ulang. Ujang menegaskan bahwa produsen harus bertanggung jawab untuk mengumpulkan kembali kemasan yang telah digunakan.

"Kami sedang mendorong agar produsen merancang produk dan kemasan yang tidak hanya mudah didaur ulang, tetapi juga dapat digunakan kembali," tambahnya.

Ujang juga mengingatkan bahwa kualitas kemasan sangat penting. "Kemasan yang digunakan harus tahan banting dan memiliki daya tahan yang baik agar dapat digunakan kembali. Kami mendorong penggunaan jenis plastik yang paling mudah didaur ulang," jelasnya.

Sebagai langkah pengawasan, KLH meminta setiap produsen untuk menyusun peta jalan yang akan dimonitor secara berkala. "Kami akan memverifikasi pelaksanaan peta jalan ini. Jika ada produsen yang tidak melaksanakan kewajibannya, kami akan memberikan surat peringatan," tegas Ujang.

Dengan langkah-langkah ini, KLH berharap dapat mengurangi dampak negatif dari sampah plastik dan mendorong terciptanya lingkungan yang lebih bersih dan berkelanjutan. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement