REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Forum Dialog Ekonomi Digital yang digelar oleh Kementerian Komunikasi dan Digital Republik Indonesia (Komdigi) bersama Industry Task Force (ITF) dan Think Policy menjadi momentum penting dalam memperkuat kolaborasi antara pemerintah, industri, dan asosiasi digital. Acara ini menghadirkan berbagai pemangku kepentingan untuk membahas arah kebijakan strategis dalam memperkuat ekosistem digital Indonesia.
Direktur Kecerdasan Artifisial dan Ekosistem Teknologi Baru Komdigi, Aju Widya Sari, menekankan pentingnya sinergi antara pelaku industri dan pemerintah. "Membangun ekosistem digital yang kuat di era AI bukanlah tugas yang mudah, tetapi dengan kebijakan yang tepat dan kolaborasi yang erat, kita dapat menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan industri digital," ungkapnya saat memberikan sambutan di Forum Dialog Ekonomi Digital, Senin (24/2/2025).
Dalam konteks ini, Yuliar Magdalena Zega dari Pusat Pengembangan Aparatur Komdigi juga mengatakan bahwa kolaborasi ini penting untuk menjamin talenta digital Indonesia dapat bersaing di kancah global.
“Pemerintah terus menggandeng industri dalam membangun talenta digital yang kompetitif. Kolaborasi ini memastikan talenta digital Indonesia siap bersaing di tingkat global," ujar Yuliar.
Koordinator ITF juga menegaskan bahwa acara ini juga sejalan dengan hasil Laporan Refleksi Satu Dekade Lompatan Digital Komdigi, yang menggambarkan perjalanan kebijakan, program, dan strategi yang telah diterapkan oleh Pemerintah untuk mempercepat agenda transformasi digital Indonesia.
"Dalam satu dekade terakhir, kita telah menyaksikan lompatan digital yang signifikan. Data menunjukkan bahwa jumlah pengguna internet di Indonesia pada tahun 2024 mencapai 221,56 juta orang," jelasnya.
Co-founder & Chief Growth Officer Think Policy Indonesia, Florida Andriana, menambahkan bahwa transformasi digital harus diarahkan dengan strategi yang matang. “Transformasi digital bergerak tanpa henti, dan Indonesia telah membuktikan kemampuannya untuk beradaptasi. Namun, pertanyaannya kini adalah: ke mana kita ingin membawa digitalisasi ini?” katanya.
Forum ini terbagi menjadi tiga sesi, masing-masing membahas topik yang berbeda. Sesi pertama membahas Pemerintahan dan Infrastruktur Digital, dengan fokus pada penguatan infrastruktur dan strategi pemerintah dalam mengatasi digital divide.
Prasetya Dwicahya dari Think Policy menyatakan fokus transformasi digital dalam beberapa tahun mendatang adalah memastikan bahwa proses tersebut memiliki makna, memberikan nilai tambah bagi semua lapisan masyarakat, dan menciptakan rasa aman bagi masyarakat saat berinteraksi di ruang digital.
"Dalam 10 tahun terakhir, Indonesia sudah berhasil untuk meningkatkan akses internet dan juga porsi ekonomi digital berkali-kali lipat. Akan tetapi ada banyak konsekuensi sosial yang juga terjadi bersamaan dengan pertumbuhan tersebut seperti masifnya perundungan digital dan judi online," ujarnya.
Dalam sesi yang sama, Hafil Naufal Rahman, Ketua Bidang Pemerintahan Asosiasi Video Streaming Indonesia, menjelaskan terdapat tantangan bersama dalam literasi digital saat ini.
"Aksesibilitas tidak hanya menghasilkan peluang untuk berkembang, tetapi juga meningkatnya ancaman yang merugikan bagi industri OTT video streaming. Salah satu masalah utama adalah pembajakan atau penyiaran konten secara ilegal di Indonesia menjadi perhatian serius karena mengancam ekonomi digital serta perkembangan industri kreatif. Kolaborasi antara pemerintah, AVISI, dan para pemangku kepentingan lainnya penting untuk mengatasi masalah ini," katanya.
Dalam sesi kedua, yang dimoderatori oleh Maria Angelica dari ITF, diskusi berfokus pada Kebijakan Digital dan Peluang Industri dalam Era AI. Norman Sasono, CTO DANA, menekankan pentingnya investasi dalam infrastruktur digital. "Penerapan AI harus didasarkan pada kebutuhan yang jelas dan tujuan yang terukur," ujarnya.
Selain itu, Alfonsius Timboel, COO Halodoc, juga menyoroti bagaimana teknologi digital dapat merevolusi sektor kesehatan. “Teknologi digital di bidang kesehatan bukan lagi sekadar opsi, melainkan sebuah keharusan yang mendorong efisiensi dan aksesibilitas,” jelasnya.
Sesi terakhir membahas Talenta Digital, dengan fokus pada pengembangan talenta dan peran public-private partnership. Victor Putra Lesmana, Direktur Bukalapak, menekankan pentingnya investasi dalam bidang pendidikan dan pelatihan. “Keberlanjutan ekonomi digital sangat bergantung pada kesiapan talenta digital,” imbuhnya.
Forum ini menjadi langkah nyata dalam memperkuat kolaborasi lintas sektor untuk membangun ekosistem digital yang lebih maju dan berkelanjutan di Indonesia. Dengan dukungan dari pemerintah, industri, serta komunitas digital, Indonesia diharapkan dapat menjadi pemain utama dalam ekonomi digital global.