REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG - - Sebagian besar pasar game nasional masih dikuasai produk asing. Padahal, menurut Direktur Digital Business PT Telkom Indonesia, Tbk. (Telkom), Faizal Djoemadi, jumlah pengguna dan pasar game Indonesia sangat besar dan terus bertumbuh setiap tahunnnya.
Faizal memprediksi, pendapatan kotor game tahun depan akan mencapai 1 juta dolar Amerika Serikat (AS) dan akan tumbuh dua kali lipat pada 2025.
"Value chain game juga cukup besar, mencapai 10 persen sampai dengan 30 persen," ujar Faizal kepada wartawan pada "DiLo Hackhaton Festival 2019" di Bandung Digital Valley, Bandung, akhir pekan ini.
Faizal menjelaskan, secara global, industri game global mutakhir memiliki pendapatan kotor senilai 120 juta dolar AS. Nilainya mencapai 10 kali lipat dibandingkan industri konten sejenis seperti musik dan film.
Tingginya pertumbuhan industri game tersebut, tidak terlepas dari laju pertumbuhan ekonomi masyarakat Indonesia. Selain itu, pertumbuhan tersebut terjadi karena terus berkembangnya infrastruktur digital serta bertambah banyaknya smartphone dan gadget di Indonesia.
"Game memang belum bisa lepas dari stigma negatif," katanya.
Namun, kata dia, secara bisnis telah menjadi industri yang menguntungkan bagi pemain di industri ini. Yakni, mulai dari pengembang konten game, publisher, agregator, payment, hingga distributornya.
Faizal optimistis, sebenarnya generasi muda Indonesia memiliki kemampuan untuk mengembangkan game yang diminati pasar. Bahkan, banyak budaya lokal yang bisa dikembangkan menjadi konten game.
"Game lokal bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Hanya saja, diperlukan stimulus untuk merangsang geliat industri game lokal," katanya.
Oleh karena itu, kata Faizal, Telkom merilis program Indigo Game Startup Incubation. Program tersebut merupakan inisiatif lanjutan program eksiting Indigo Creative Nation.
Kegiatan tersebut dilangsungkan di 8 DiLo se-Indonesia yang diikuti 125 tim dari 176 tim peserta dengan total hadiah Rp 300 juta. Khusus di Bandung, ada 15 tim yang ikut serta dalam aktivitas coding program secara spartan tersebut.
Faizal menjelaskan, Indigo Game Startup Incubation sendiri, tidak hanya dikembangkan bagi startup game. Namun, bagi mereka yang tertarik ingin belajar terjun ke industri game.
Indigo Game Startup Incubation, kata dia, merupakan sebuah ajakan untuk berkolaborasi mengembangkan industri game di tanah air dan bersama-sama tumbuh menjadi ekosistem yang besar. Bahkan, tidak tertutup kemungkinan jika game yang dikembangkan dari Gegerkalong ini dapat mendunia dengan cepat.
Faizal pun berharap, program dan sarana tersebut dapat dimanfaatkan semaksimal oleh para penggiat game agar bersama-sama menumbuhkan industri game lokal dengan konten yang mampu mengungguli konten dari luar negeri. Apalagi, sambung eks CEO PT Telin tersebut, saat ini Indonesia tengah mengembangkan ekonomi digital sebagai kekuatan dalam mensejahterakan Indonesia.