REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mitra pengemudi Uber tidak saja menjadi ladang usaha menjanjikan bagi masyarakat yang memang mencari rezeki. Profesi ini juga diminati kalangan mahasiswa, ibu rumah tangga, pekerja lepas, maupun karyawan kantoran yang mengisi waktu luang.
"Awalnya tahu Uber dari tunangan saya yang sering menggunakan layanan itu di luar negeri, kemudian mendaftar jadi mitra sejak tahun 2015," kata Wailan Polak, seorang pekerja lepas di bidang keuangan.
Ia mengaku cocok dengan fleksibilitas jam kerja yang ditawarkan Uber. Menurutnya, kondisi itu sangat mengakomodir aktivitas dan profesi utamanya sehingga bisa mengatur waktu seraya mendapat penghasilan tambahan.
Berdasarkan data Uber, terdapat sekira 52 persen mitra pengemudi yang bekerja kurang dari 10 jam pada hari kerja selama tiga bulan belakangan. Mayoritas mitra dalam persentase tersebut ditengarai sebagai pemilik kendaraan pribadi yang tertarik dengan konsep berbagi tumpangan.
Hingga saat ini, Wailan sudah menyelesaikan lebih dari 650 perjalanan dengan rating rata-rata 4,87. Untuk mendapatkan penilaian tinggi itu, Wailan telaten memastikan mobilnya bersih, terawat baik, dan selalu beraroma sedap.
Ia sepakat bahwa keamanan dan kenyamanan adalah hal utama sehingga selalu berusaha menyetir dengan hati-hati serta mematuhi aturan lalu lintas. Selain memilih rute terbaik, Wailan juga menunjukkan biaya perjalanan yang tertera di aplikasi kepada penunpang setelah tiba di tempat tujuan.
"Selain itu, kejujuran dan trust juga sangat penting. Pernah beberapa kali saya mengembalikan saat ada barang pelanggan yang tertinggal," ujar Wailan.