Selasa 27 Mar 2018 13:00 WIB

Siri Tertinggal dari Google Asistant dan Alexa

Kejatuhan Siri dimulai justru pada 2011, tepatnya saat Steve Jobs tutup usia.

Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Winda Destiana Putri
Siri
Foto: Telegraph
Siri

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Jika dibandingkan dengan fitur personal asistant lain, seperti Google Asistant ataupun Alexa pada Amazon, Siri bisa dibilang terus tertinggal. Terutama dalam hal pengembangan teknologi dan fungsinya sebagai personal asistant. Padahal, pada saat pertama kali diperkenalkan pada 2011 silam, Siri diharapkan mampu menjadi salah satu pelopor dalam teknologi personal asistant lewat suara yang diusung Apple.

Seperti fitur voice personal asistant lainnya, Siri memang didesain untuk membantu para pengguna produk-produk Apple, seperti iPhone, iPad, iPod touch, Apple Watch, HomePod, dan Mac. Dengan Siri, pengguna iPhone mampu mengakses berbagai fitur-fitur di ponsel pintar mereka, tanpa harus menyentuhnya, cukup dengan suara. Siri juga memiliki akses terhadap aplikasi bawaan dari iPhone, seperti Mail, Contacts, Messages, Maps, dan Safari.

Tidak hanya itu, Siri, yang pertama kali ditampilkan di iPhone 4S, juga bisa mengakses database dan aplikasi-aplikasi lain untuk membantu para pengguna iPhone. Hingga saat ini, Apple memang telah melakukan berbagai pengembangan terhadap teknologi Siri, mulai dari menambah ragam fitur hingga mengubah suaranya menjadi lebih ''manusiawi''. Namun, serangkaian pengembangan itu tidak membuat Siri menjadi salah satu pilihan utama dalam teknologi voice personal asistant.

Seperti dilansir Mashable, ada sejumlah alasan yang melatarbelakangi kenapa Siri begitu tertinggal dari pesaing-pesaingnya. Pada awalnya, Apple membeli aplikasi Siri sebesar 200 juta dolar as pada 2010 silam. Setahun kemudian, Siri diperkenalkan lewat iPhone 4S. Pada saat itu, Siri diprediksi akan mengubah cara orang menggunakan ponsel pintar. Namun, seiring berjalan waktu, prediksi itu meleset. Bahkan, Siri dianggap tertinggal dari pesaing-pesaingnya, seperti Google Asistant dan Alexa dari Amazon.

Kejatuhan Siri dimulai justru pada 2011, tepatnya saat Steve Jobs tutup usia. Alih-alih terus memutakhirkan teknologi yang dimili Siri, tim pengembang dari Apple malah hanya ingin mengembangkan Siri seiring dengan peluncuran iOS generasi terbaru. Langkah berbeda justru diambil oleh Google dan Amazon, yang terus memperbarui voice personal asistant mereka. Bagi mereka, digital asistant harus perlu diperbarui sebagai bagian dari kebutuhan konsumen.

Salah satu tim pengemban Apple, Richard Williamson, membantah telah menyebabkan pengembangan Siri berjalan begitu lambat. Richard justru menyebut, kesalahan itu terjadi sejak awal, pada saat Apple membeli Siri dari tim pembuatnya. ''Teknologi itu benar-benar lambat, termasuk pada saat dijalankan. Perangkat lunak dari teknologi penuh dengan bugs. Masalah itu ada sejak dan berasal dari tim pertama Siri, tentu saja bukan kami,'' ujar Williamson.

Tidak hanya itu, masalah yang terus muncul terkait pengembangan Siri adalah usaha untuk memasukan elemen baru dalam Siri, terutama teknologi baru yang berasal dari akuisisi bisnis yang dilakukan Apple. Sebagai contoh, tim pengembang Siri sempat memiliki masalah soal mengintegrasikan Siri dengan fitur pencarian, yang diakuisis Apple dari Topsy pada 2013 dan fitur pengenalan ragam bahasa dari VocalIQ pada 2015.

''Pada anggota tim Topsy merasa enggan bekerja dengan tim pengembang Siri, karena mereka melihat tim tersebut terlalu lamban dan terkendala oleh infrastruktur dasar. Hingga saat ini tidak pernah diselesaikan sejak pertama kali diluncurkan,'' kata Williamson.

Sejumlah pengamat teknologi menilai, saat ini Siri agaknya tidak akan diperbarui dan dikembangkan. Kendati begitu, jika Apple masih ingin bersaing dalam penyediaan teknologi voice personal asistant, maka perusahaan yang didirikan Steve Jobs itu harus bisa mengubah Siri menjadi teknologi yang mampu bersaing, terutama dengan Google Asistant dan Alexa.

Dari sisi Apple, mereka perlu menyelesaikan masalah manajemen internal mereka dan menentukan apa yang ingin mereka perbuat dan tampilkan dengan Siri. Sementara dari sisi pelanggan, mereka hanya menginginkan voice personal asistant yang benar-benar cerdas, bisa diandalkan, dan telah terintegrasi dengan aplikasi-aplikasi lain dan pihak ketiga.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement