REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Para bos perusahaan pertahanan, teknologi, energi dan perbankan berkata kepada Presiden Barack Obama bahwa mereka sepakat bahwa serangan siber menjadi ancaman keamanan tertinggi dan mengharapkan pencerahan pemerintah dalam menjawab tantangan itu.
Obama dan para penasehat keamanan utamanya bertemu dengan para CEO 13 perusahaan di Ruang Situasi Gedung Putih untuk membincangkan bagaimana pemerintah dan sektor swasta meningkatkan keamanan siber AS, termasuk perlunya legislasi perihal ini yang digagalkan kongres tahun lalu.
"Saya kira kami semua sepakat --termasuk pemerintahan ini dan presiden-- bahwa kami ingin sentuhan dari pemerintah mengenai soal ini," kata David Cote dari Honeywell International kepada CNBC, usai pertemuan itu, seperti dilaporkan Reuters, Kamis (14/3).
Pertemuan di Gedung Putih itu diadakan sehari setelah para pemimpin dinas intelijen AS mengakui untuk pertama kalinya bahwa serangan siber dan spionase siber menyamai terorisme dalam tingkat ancaman keamanan utama bagi AS.
Di antara yang bertemu adalah Randall Stephenson dari AT&T, Wes Bush dari Northrop Grumman, Rex Tillerson wakil Exxon Mobil, Jamie Dimon dari JPMorgan Chase & Co, Brian Moynihan dari Bank of America, dan Nicholas Akins dari American Electric Power Co..
"Ancaman itu nyata...ada satu ancaman yang konsisten dan terus menerus yang perlu kita prihatinkan sebagai negara," kata Cote