REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Riset Accenture dan Microsoft Corp menemukan bahwa perusahaan minyak dan gas di dunia, termasuk Indonesia, semakin cerdas dalam berinvestasi di bidang teknologi digital untuk meningkatkan nilai bisnis dan efisiensi biaya.
Dalam tiga sampai lima tahun ke depan, 80 persen perusahaan migas berencana berinvestasi paling tidak sama (30 persen), lebih besar (36 persen), atau jauh lebih besar (14 persen) di bidang teknologi digital dibandingkan dengan jumlah yang diinvestasikan saat ini.
Keterangan tertulis Accenture, Kamis (21/4) menyebutkan bahwa berlanjutnya investasi digital ini didorong oleh keyakinan responden bahwa teknologi digital dapat membantu mereka menciptakan organisasi yang lebih efisien dan cerdas.
Responden survei bertajuk "Digital Trends & Technology Survey in the Oil & Gas Industry" itu mencakup perusahaan minyak internasional, perusahaan jasa di bidang minyak serta kelompok independen yang mencakup negara-negara Asia.
Lebih dari setengah responden (53 persen) mengatakan digital telah memberikan nilai cukup signifikan bagi bisnis mereka. Pengurangan biaya dinilai sebagai tantangan terbesar yang dapat diatasi oleh teknologi digital saat ini.
Selain itu, 56 persen responden melaporkan bahwa manfaat terbesar yang diperoleh dari teknologi digital adalah kecepatan membuat keputusan yang lebih baik.
Salah satu hambatan terbesar mewujudkan nilai adalah kurangnya strategi bisnis yang jelas, bukan karena teknologi itu sendiri. Investasi digital kini lebih fokus pada mobilitas, dengan hampir 3/5 responden (57 persen) melaporkan telah menanamkan modal di teknologi mobile, dibandingkan dengan angka tahun lalu 49 persen.
Temuan berikutnya adalah investasi di Internet of Things (IoT) (44 persen) tahun ini vs 25 persen pada tahun 2015; serta cloud (38 persen), naik 8 persen dari tahun lalu. Selama tiga hingga lima tahun ke depan, investasi perusahaan diharapkan dapat mengarah ke big data dan analitik (38 persen), Internet of Things (IoT) (36 persen) serta mobile (31 persen).
Temuan-temuan survei ini untuk pertama kalinya diumumkan di Asia melalui sesi diskusi media secara simultan di Malaysia, Indonesia, Singapura dan Thailand.
"Temuan survei tersebut menunjukkan perkembangan yang sangat menarik di kawasan ASEAN di mana industri minyak dan gas menggunakan teknologi digital untuk membantu mereka meraih keuntungan yang kompetitif dan memberikan efisiensi biaya dalam menghadapi tantangan ekonomi dan industri saat ini," kata Country Managing Director, Accenture Indonesia, Neneng Goenadi.
Sementara itu, dua pertiga (66 persen) responden meyakini analitik sebagai salah satu kemampuan paling penting untuk mengubah perusahaan mereka, dan hanya 13 persen yang merasa kemampuan analitik perusahaan mereka sudah matang.
Hampir dua pertiga (65 persen) responden berencana untuk menerapkan lebih banyak kemampuan analitik dalam tiga tahun ke depan untuk membantu memenuhi kebutuhan ini.
"Kawasan ASEAN ada di dalam posisi yang tepat untuk memanfaatkan digital dan IoT, dan mendapatkan keuntungan yang kompetitif melalui loncatan strategis," kata Director for the Accenture Internet of Things Centre of Excellence for Resources, Senthil Ramani.