REPUBLIKA.CO.ID, Berbagai penyedia layanan ketiga terus berupaya menghilangkan akun bot, salah satunya tim di kampus Indiana University dan Northeastern University di Amerika Serikat (AS), yang mengembangkan sistem bernama Botmeter.
Hal itu terkait akun bot yang masih menjadi isu di media sosial, seperti Twitter, umumnya mereka menyebarkan cerita tertentu, bahkan yang berkonten politik.
Botmeter mengenali lebih dari seribu faktir, mulai dari cuitan (termasuk metadata bagaimana dan dari mana unggahan) hingga komposisi pengikut, demikian keterangan laman The Verge.
“Kami menggunakan banyak sinyal untuk menghitung skor,” kata Onur Varel, peneliti dari Northeastern University yang terlibat proyek itu.
Berdasarkan teori yang digunakan sistem tersebut, bila angka Botmeter di bawah 40 persen, kemungkinan akun tersebut adalah akun sungguhan, bukan robot.
Varel tidak mengklaim sistem tersebut betul-betul akurat untuk membuat kesimpulan sebuah akun adalah bot karena sistem masih dikembangkan.
Tim peneliti secara aktif mengumpulkan data untuk dimasukan ke sistem bernama Bot Repository. Varel mengakui akun bot kini makin kompleks dan sulit dikenali jika dibandingkan dengan 2011, saat ia pertama kali mempelajari akun robot.