Jumat 14 Dec 2018 12:09 WIB

Huawei Miliki Laboratorium Rahasia di Shenzen

Laboratorium tersebut dinamai Gedung Putih.

Huawei
Foto: EPA
Huawei

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Baru saja diterpa masalah penangkapan petinggi mereka Meng Wanzhou, Huawei dikabarkan memiliki laboratorium riset rahasia di markas yang berlokasi di Shenzen, Cina. Bloomberg dalam artikel "Inside Huawei's Secret HQ, China Is Shaping the Future", memuat para teknisi rahasia mengembangkan kecerdasan buatan (AI), teknologi komputasi awan dan chip yang sangat penting untuk prioritas nasional Cina dan masa depan Huawei.

Lab riset rahasia itu dinamai "White House" atau Gedung Putih. Laporan Bloomberg menyatakan lokasi itu jarang dikunjungi orang, tidak seperti ruang pameran untuk memajang contoh penggunaan hasil teknologi yang dikembangkan di ruang rahasia itu.

Kampus Huawei di Shenzen memiliki ruang pameran yang bernama vertical industries exhibition hall. Ruang berisi replika bank, toko dan jalan di kota ketika memakai teknologi buatan mereka, dikutip Jumat (14/12).

Ruangan tersebut terbuka untuk pengunjung, di sana akan terlihat bagaimana jika perusahaan maupun pemerintahan menggunakan komputasi awan dan AI buatan Huawei untuk mengumpulkan data, mendongkrak penjualan hingga membentuk kehidupan di kota. Apa yang dibuat Huawei ini juga untuk memenuhi permintaan pemerintah Cina yang ingin industri mandiri dan tidak bergantung pada semikonduktor dan perangkat lunak dari Amerika Serikat. AS-Cina saat ini sedang terlibat perang dagang.

Huawei selama dua tahun belakangan ini membentuk unit semikonduktor untuk memperbaiki komputasi awan dan AI. Misalnya untuk pengenal gambar dan asisten suara.

HiSilicon, unit desain chip Huawei, telah berdiri sejak 2004. Spesialisasi mereka membuat chip yang dapat dikustomisasi untuk menangani algoritme rumit di perangkat keras.

Analis dari Northland Capital Market, Gus Richard menyebut Huawei sebagai ikon kebangkitan kekuatan industri Cina. Penangkapan Meng Wanzhou tidak akan memperlambat ambisi mereka, justru akan mempercepat "silicon curtain", saat AS dan Cina tidak lagi menyediakan chip untuk satu sama lain.

Sementara itu, dari segi perangkat lunak dan AI, HUawei dinilai sedikit tertinggal dari kompetitor. Kepala Allen Institute for Artificial Intelligence, Oren Etzioni, menilai Huawei berusaha mengimbangi raksasa di AS untuk urusan deep learning dan sistem computer-vision. "Huawei punya data dan dukungan pemerintah, tapi mereka secara substansi kekurangan untuk AI," kata dia.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement