Kamis 07 Feb 2019 17:54 WIB

E-mail dan Web Jadi Sumber Penyebaran Malware

Indonesia menduduki peringkat 62 di dunia terinfeksi malware.

Terinfeksi Malware. Ilustrasi
Foto: Mashable
Terinfeksi Malware. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kaspersky Lab menyatakan bahwa e-mail dan website masih jadi favorit para peretas untuk menyebarkan malware secara online. Territory Channel Manager SEA Kaspersky Lab, Dony Koesmandarin mengatakan penggunaan email terus meluas karena pengguna ponsel pintar harus log in melalui email.

Bahkan anak-anak yang ingin bermain game pun harus memakai email untuk mendaftar. "Tren sudah bergeser ke arah online, website jadi tempat untuk menyebarkan malware. Email, semua orang terutama di kota besar punya email," kata Territory Channel Manager SEA Kaspersky Lab, Dony Koesmandarin, Kamis (7/2).

Kasperksy menilai penyebaran malware pada 2018 terbagi dalam dua kategori, yang membutuhkan partipasi dari pengguna untuk mengklik atau yang dapat langsung masuk ke perangkat tanpa ada klik.

Malware yang membutuhkan partisipasi publik misalnya saat membuka situs, muncul pop-up box yang menyuruh pengguna untuk memperbarui software. Padahal, pembaruan itu merupakan manipulasi dari peretas untuk memasukkan malware ke perangkat.

Selain itu, peretas juga memanfaatkan kerentanan di peramban untuk memasukkan malware file-less ke perangkat korban. Malware yang berada di kategori ini dapat berupa local threat, masuk melalui perangkat keras seperti USB atau CD.

Berdasarkan data dari Kaspersky Security Network, Indonesia menduduki peringkat 62 di dunia terinfeksi malware dengan cara seperti ini, jauh di bawah Yaman yang berada di peringkat pertama dengan persentase 72,6 persen.

Jika dilihat dari sumber malware, Kaspersky mencatat hanya 0,06 persen serangan yang dialami Indonesia berasal dari server yang berada di dalam negeri.

Kaspersky menganjurkan warganet memasang aplikasi whitelisting untuk memantau aplikasi apa saja yang dapat berjalan di perangkat. Dengan aplikasi tersebut, hanya aplikasi yang sudah dimasukkan ke whitelist yang dapat berjalan, di luar daftar tersebut tidak bisa.

Cara lainnya, pengguna harus tahu apa saja aplikasi yang dipasang di perangkat, termasuk di ponsel.

Dony menyarankan untuk memerhatikan apa saja yang dapat diakses oleh aplikasi tersebut, jangan sembarangan mengklik "yes" ketika memasang aplikasi baru. Selain itu, usahakan untuk selalu memperbarui (meng-update) aplikasi atau perangkat lunak untuk mengatasi celah keamanan.

sumber : antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement