REPUBLIKA.CO.ID, Sebuah studi terbaru mengatakan, triliunan dolar Amerika Serikat aset keuangan non-bank di seluruh dunia rentan terhadap dampak pemanasan global. Untuk itu mereka menekankan untuk upaya lebih keras mengurangi emisi gas rumah kaca.
Dilansir Aljazirah, studi yang dirilis pada Senin (4/4) mengatakan perubahan iklim bisa menghilangkan 2,5 triliun dolar AS aset keuangan global. Laporan menambahkan bahwa dalam skenario terburuk bisa menghilangkan 24 triliun dolar AS aset.
Laporan yang dipimpin oleh London School of Economics mengatakan, meningkatnya suhu dan dislokasi disebabkan kekeringan, banjir dan gelombang panas yang saling terkait. Ini menurut laporan akan memperlambat pertumbuhan ekonomi global dan merusak kinerja saham dan obligasi.
"Ini masuk akal bagi keuangan untuk investor berisiko memangkas emisi dan bahkan mengindari risiko," kata penulis utama Profesor Simon Dietz kepada Reuters.
Pertemuan puncak iklim global di Paris Desember lalu telah menetapkan tujuan membatasi pemanasan global tetap di bawah dua derajat celsius. Jika kenaikan suhu global mencapai dua derajat celsius pada 2100, skenario pusat studi menempatkan total aset keuangan yang bisa hilang sekitar 1,7 triliun dolar AS.
Tapi jika suhu mencapai 0,5 derajat Celsius akhir abad ini, diperkirakan aset keuangan yang akan hilang mencapai 2,5 triliun dolar AS.
Regulator global di Finacial Stability Board (FSB) mengatakan, semua aset keuangan non-bank di dunia saat ini senilai 143 triliun dolar AS.
Kepala Institutional Investors Group on Climate Change (IIGC) Stephanie Pfeifer mengatakan kepada Reuters, laporan itu membuktikan lebih jauh mengenai dampak negatif perubahan iklim dengan pertumbuhan ekonomi dan investasi jangka panjang. Ia mendesak investor menekan perusahaan-perusahaan untuk memastikan bisnisnya membatasi kenaikan suhu.
baca juga: Setelah 70 Tahun, Ilmuwan Baru Tahu Fundamental Fisi Nuklir Bekerja