Jumat 22 Jul 2016 09:16 WIB

Suhu Bumi Memanas Lebih Cepat dari Perkiraan

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Ani Nursalikah
Kutub Utara
Kutub Utara

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Suhu Bumi ternyata memanas lebih cepat dari yang diperkirakan. Pada Kamis (21/7), World Meteorological Organization (WMO) mengatakan Bumi sedang dalam rekor tahun terpanas dan memanas lebih cepat.

Rekor suhu umumnya tercatat di hemisfer Bumi bagian utara dalam enam bulan terakhir. Hal ini berimbas pada pencairan dini dan lebih cepat es di laut Kutub Utara. Level karbon dioksida yang memerangkap panas juga mencapai angka tinggi terbaru.

"Hal ini bisa mempercepat perubahan iklim," kata WMO, dikutip Reuters.

Juni tercatat sebagai bulan terpanas yang ke-14. PBB menyeru agar implementasi pakta global yang dicapai Desember lalu untuk mengatasi hal ini segera dilakukan.

Pakta tersebut berisi pembatasan terhadap perubahan iklim dengan mengubah penggunaan bahan bakar fosil ke energi hijau ramah lingkungan pada 2100. Direktur Program Penelitian Iklim WMO, David Carlson mengatakan apa yang terjadi selama enam bulan 2016 ini sangat memperingatkan.

"Tahun ini planet bisa memanas lebih cepat dari yang diperkirakan dalam waktu yang lebih cepat, kita tak punya banyak waktu seperti yang kita pikirkan," kata dia.

Suhu rata-rata enam bulan pertama 2016 adalah 1,3 derajat Celcius. Suhu ini lebih hangat dari era pra-industri pada abad 19. Dibawah pakta Kesepakatan Paris, 200 pemerintah sepakat membatasi pemanasan global jadi kurang dari dua derajat Celcius di atas level pra-industri tersebut.

Padahal menurut US National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), bulan terakhir dengan suhu global di bawah rata-rata abad 20 adalah pada Desember 1984. Fenomena cuaca yang terjadi akhir-akhir ini dan bersifat merusak merupakan hasil dari perubahan iklim.

WMO mengatakan El Nino 2015/2016 di Samudera Pasifik dikaitkan dengan kekeringan parah, badai hingga banjir. Pakar mengatakan lebih banyak fenomena ini akan meningkatkan kesadaran agar penduduk termotivasi melakukan sesuatu dan membatasi gas emisi rumah kaca.

 

"Perubahan iklim, disebabkan oleh terperangkapnya gas rumah kaca, tidak akan menghilang, artinya kita akan terus menghadapi gelombang panas, curah hujan yang lebih ekstrem, hingga potensi yang lebih tinggi dari siklon tropis," kata Sekjen WMO, Petteri Taalas.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement