REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perubahan iklim bukan hanya menjadi cerita sedih bagi manusia atau hewan. Perubahan iklim juga mengancam eksistensi tumbuhan. Pohon Pinus Bristlecone, phon tertua di dunia ini juga terancam punah lantaran perubahan iklim.
Pohon ini sudah ada sejak bangsa Sumeria kuno masih menggunakan papan tanah liat sebagai tempat menulis. Pohon itu juga berdiri tegak ketika Alexander Agung menjelajah dan menaklukkan Asia. Pohon itu terus hidup dan menjadi saksi penemuan dunia baru oleh Columbus dan berdirinya Amerika Serikat. Akan tetapi, pohon tertua di dunia itu kini terancam kepunahan.
Pohon bernama latin Pinus longaeva itu tumbuh di dataran tinggi pegunungan Putih, California, AS. Pohon-pohon itu dapat tergantikan dengan pohon yang lebih muda akibat pemanasan temperatur dan bayi-bayi pohon mulai tumbuh di bagian gunung yang lebih tinggi.
"Saya pikir yang akan terjadi kita akan kehilangan Bristlecone," ujar ahli ekologi dari University of California Bryan Smithers seperti dikutip dari Live Science.
Pohon tertua di dunia itu tumbuh di tepi batas vegetasi. Curah hujan minim, udara dingin, dan tanah kapur berbatu menggugurkan banyak tanaman kecuali pohon tersebut. Pinus Bristlecone mendominasi dataran itu di ketinggian mulai dari 2900 hingga 3500 Mdpl.
Pohon itu tumbuh hanya sekitar 2,5 sentimeter setiap tahun. Akibat pertumbuhan yang lambat dan ketiadaan kompetisi dari pohon lain maupun parasit menyebabkan pohon itu bisa berumur panjang. Pinus longaeva kini berusia 5.062 tahun. Usia tersebut cukup jauh jika dibandingkan dengan pohon tertua di Eropa yakni 1.075 tahun.
Di atas batas vegetasi, temperatur terlalu dingin untuk pertumbuhan pohon. Akan tetapi, akibat pemanasan global, batas vegetasi bergeser semakin tinggi dan kemudian akan memunculkan pohon-pohon muda.
Peneliti menemukan jenis pinus yang tumbuh di bagian baru adalah pinus Limber. Smithers mengaku, akan terus melakukan penelitian apakah pinus Limber akan tumbuh lebih subur dibandingkan tetangga tuanya.
Sydney Catat Rekor Suhu Terpanas pada 2016
Soal perubahan iklim ini, di tahun 2016 para ilmuwan menyebut sebagai tahun yang cukup menyedihkan bagi perubahan iklim. Tahun 2016 merupakan tahun terpanas dengan konsentrasi karbon dioksida yang paling tinggi.
Para ilmuwan memperkirakan tahun 2016 konsenstrasi karbon dioksida di atmosfer akan melewati 400 ppm. Angka ini sebagai pertanda perubahan iklim yang cukup parah. Sejak revolusi industri, manusia telah 'menambahkan' karbon doksida, lebih banyak dibandingkan jumlah yang bisa diserap oleh tumbuhan. Proses ini menambah efek gas rumah kaca dan meningkatkan suhu Bumi.
Tahun 2016 juga disebut-sebut sebagai tahun rusaknya terumbu karang yang paling parah sepanjang sejarah. Peneliti dari Badan Riset Autralia mengamati lebih dari 500 terumbu karang yang tersebar di sepanjang 4.000 km menunjukkan bahwa mayoritas terumbu karang mengalami kerusakan yang parah. Terumbu karang mengalami pemutihan. Lebih dari setengah karang di garis pantai Australia sepanjang 320 km diperkirakan akan segera mati.
Suhu masih menjadi hal sederhana yang menandakan pemanasan global. Tahun 2016 menjadi tahun terpanas sejak 122 tahun lalu. Pada pertengahan tahun 2016, Badan Antariksa AS (NASA) mengumumkan bahwa pada periode Januari-Juni mencetak rekor suhu paling panas. Pada bulan Juli dan Agustus juga merupakan bulan terpanas sejak 136 tahun lalu. Pada bulan November, rata-rata suhu global mencapai 1,2 derajat celcius lebih tinggi dibandingkan era sebelum industri.