REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Laboratorim ruang angkasa China 'Tiangong-2' berhasil memasuki kembali atmosfer bumi pada Jumat (19/7) dalam kondisi yang terkendali. Tiangong-2 kembali ke bumi setelah menyelesaikan putaran percobaan terbaru dalam program ruang angkasa Beijing yang ambisius.
Badan Antariksa China (CMSA) mengatakan, Tiangong-2 atau bermakna 'Istana Surgawi' diluncurkan ke orbit pada 2016 lalu. Laboratorium ruang angkasa tersebut memasuki kembali atmosfer bumi di bawah kendali sekitar pukul 9.06 malam waktu setempat (1306 GMT) pada Jumat.
Dilansir di Phys.org, Sabtu (20/7), sejumlah kecil puing pesawat ruang angkasa itu jatuh ke wilayah laut yang aman yang telah ditentukan di Pasifik Selatan. Surat kabar China Xinhua mengatakan, Tiangong-2 telah bekerja di orbit selama lebih dari 1.000 hari, lebih lama dari usia yang dirancang 2 tahun.
Kepala perancang program luar angkasa berawak China, Zhou Jianping, mengatakan kepada Xinhua bahwa kembali masuknya pesawat luar angkasa dengan terkendali tersebut menandai keberhasilan dalam penyelesaian semua tugas dalam fase laboratorium luar angkasa dari program tersebut.
Menurut CMSA, pihaknya saat ini tengah berupaya untuk meningkatkan persiapan untuk membangun stasiun ruang angkasa China. Dikatakan, bahwa pengembalian terkendali itu mewakili keberhasilan dalam program luar angkasa yang dijalankan militer Tiongkok. Karena dalam perjalanannya, program luar angkasa tersebut telah menghadapi sejumlah gangguan.
Sebelumnya, laboratorium luar angkasa yang dijuluki Tiangong-1 hancur terbakar saat jatuh kembali ke Bumi pada April 2018. Dua tahun setelah itu berhenti berfungsi.
Tiangong-1 ditempatkan di orbit pada September 2011. Pesawat luar angkasa ini berfungsi sebagai tempat uji coba bagi upaya China untuk membangun stasiun ruang angkasa sendiri pada 2020. Akan tetapi, Tiangong-1 berhenti berfungsi pada 2016. Otoritas Tiongkok menyangkal jika laboratorium tersebut berada di luar kendali.
Di masa mendatang, Beijing akan memiliki satu-satunya stasiun ruang angkasa di orbit. Meskipun, ukurannya akan jauh lebih kecil daripada Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Stasiun ruang angkasa Beijing itu akan memiliki berat 400 ton dan sebesar lapangan sepakbola.
ISS merupakan stasiun ruang angkasa kolaborasi antara Amerika Serikat, Rusia, Kanada, Eropa dan Jepang. ISS telah beroperasi sejak 1998, tetapi akan pensiun pada 2024.
Sebelumnya pada 2003, China juga menjadi negara ketiga yang mampu meluncurkan manusia ke luar angkasa, menyusul negara bekas Uni Soviet dan Amerika Serikat. Dalam hal ini, Beijing memang melihat program luar angkasanya sebagai simbol kemajuan Negeri Tirai Bambu itu.