Ahad 13 Oct 2019 10:22 WIB

Toshiba dan PLN Bangun Sistem Energi Berbasis Hidrogen

Sistem energi berbasis hidrogen dibangun untuk kebutuhan listrik di daerah terpencil.

Red: Nora Azizah
Perusahaan Listrik Negara/PLN (ilustrasi)
Foto: Antara/Zabur Karuru
Perusahaan Listrik Negara/PLN (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Toshiba belum lama ini menandatangani nota kesepahaman dengan Perusahaan Listrik Negara (PLN) dalam upaya membangun sistem energi tanpa CO2 yang berbasis hidrogen. Hal ini untuk memenuhi kebutuhan listrik di daerah terpencil Indonesia.

Berdasarkan MoU ini, Toshiba ESS dan PLN akan mengevaluasi teknologi dan kebijakan yang diperlukan untuk implementasi lebih jauh dari sistem komersial H2One di kepulauan Indonesia pada tahun 2023. H2One™ adalah sistem terintegrasi yang menggunakan sumber energi terbarukan dalam mengelektrolisis hidrogen dari air, menyimpan dan menggunakan hidrogen dalam sel bahan bakar untuk tersedianya pengiriman listrik bebas CO2 yang stabil, ramah lingkungan dan air panas.

Baca Juga

Salah satu aplikasi H2One™ adalah "solusi luar-jaringan (off-grid)," yang dapat membantu mewujudkan masyarakat yang berkelanjutan. Sesuai Rencana Bisnis Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL), Indonesia akan meningkatkan rasio kapasitas fasilitas energi terbarukan negara ini dari 12,52 persen pada 2017 menjadi 23 persen pada 2025.

Terlebih lagi, di Indonesia, banyak masyarakat tinggal di pulau-pulau terpencil, sehingga diperlukan sumber daya listrik yang stabil dan ekonomis di setiap pulau. Kesepakatan dengan PLN itu juga merupakan tindak lanjut dari MoU Toshiba ESS dan BPPT untuk survei bagi percepatan implementasi H2One™ pada Agustus 2018 dan telah dilakukan survei bersama.