REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Planet Jupiter terkenal memiliki badai raksasa yang sudah ada selama beberapa dekade karena anomali cuaca disana. Namun baru-baru ini, badai itu kian mengecil ukurannya. Peneliti mengklaim tak ada yang bermasalah dengan hal tersebut.
Sebelumnya, sempat muncul kekhawatiran bahwa badai itu mungkin menghilang. Dulu ukurannya setara 3 kali bumi tapi sekarang hanya sekitar satu kali ukuran bumi. Penyusutan sudah mulai terjadi sejak 1878. Namun pada 2012, penyusutan terjadi secara masif hingga dikhawatirkan badai benar-benar hilang.
Ahli astronomi University of California, Berkeley, Philip Marcus menyebut badai itu sebagai Great Red Spot. Sebab badai terlihat seperti titik merah besar dari luar angkasa. Marcus mengatakan Great Red Spot belum menunjukkan tanda akan hilang.
"Kesehatan Great Red Spot sebelumnya disimpulkan dari gambar awan yang berada di atas pusaran pusat badainya bahwa awan yang menyusut diperkirakan mengindikasikan badai yang menyusut saja," kata Marcus dilansir dari New Scientist pada Rabu, (27/11).
Ia dan rekan-rekannya menemukan bahwa gambar yang ditangkap oleh kapal ruang angkasa Juno sebenarnya adalah efek dari peristiwa langka yaitu topan di atmosfer Jupiter telah bertabrakan dengan gumpalan awan. Dampaknya muncul warna merah karena ada di atas badai dan lebih banyak terkena radiasi sultaviolet matahari.
"Ini memberi kesan bahwa bagian-bagian dari Great Red Spot akan terpisah," ujarnya.