REPUBLIKA.CO.ID, MUNICH -- Setelah menjalani serangkaian pengembangan dan pengujian elemen inti, rancangan pesawat mata-mata (drone) Jerman "Sagitta", buatan Cassidian, anak perusahaan pertahanan Eropa, EADS, saat ini telah memasuki tahap integrasi dan siap diujicobakan tahun 2015.
Integrasi pesawat tanpa awak Unmanned Aerial System (UAS) berlangsung di Cassidian Militer Air Systems Center di Manching, dekat Munich.
Pesawat ini tidak mempunyai sayap ekor (tailless) dan mempunyai sayap sepanjang 12 meter. Sebuah pesawat demonstrator mini akan dibangun pada skala 1:4. Uji coba terowongan angin pertama berhasil diselesaikan.
Setelah dua tahun melakukan penelitian yang mendalam, perusahaan dilaporkan telah berhasil merancang bagian pertama dari struktur serat karbon ringan yang akan menjadi bodi pesawat.
Serat karbon ini sudah dalam tahap produksi. Selain itu, sistem integrasi perakitan khusus telah dibangun untuk memulai perakitan komponen avionik dan beberapa perangkat keras yang dibutuhkan. Secara umum, proses peng-integrasian sistem pesawat ini akan selesai tahun 2014.
"Sagitta adalah contoh sempurna dari kerja sama yang baik antara industri, lembaga penelitian dan perguruan tinggi di bidang teknologi tinggi dan penelitian berorientasi masa depan," kata Aimo Buelte, Kepala Riset & Teknologi di Cassidian.
"Tujuan kami dengan Sagitta adalah untuk meningkatkan pengetahuan kami tentang Sistem Pesawat Tak Berawak (UAS) ke tingkat berikutnya, karena UAS adalah masa depan penerbangan."
Proyek "Sagitta" juga akan menjadi pusat penelitian teknologi pesawat tak berawak masa depan yang akan dikaji bersama dengan universitas dan lembaga penelitian.
Penelitian yang bernama the Open Innovation Programme Sagitta ini terdiri dari tujuh bidang penelitian pengembangan UAS; desain awal pesawat, aerodinamika, sistem kontrol penerbangan, komunikasi dan pengolahan data, kontrol penerbangan berbasis visi dan pengisian bahan bakar udara-ke-udara, bahan dan struktur, penerbangan otonom dan misi kontrol, simulasi dan integrasi sistem.
Pengembangan tersebut mencakup pembangunan pesawat contoh yang lebih kecil dan bertujuan untuk memverifikasi keabsahan dan kelayakan hasil penelitian teoritis.
Bila uji coba pesawat ini berhasil, Jerman akan mengejar ketertinggalan dari Amerika Serikat dalam produksi pesawat tempur tanpa awak, setelah AS berhasil mendaratkan drone X-47B UCAS di kapal induk USS Truman dan terakhir di USS Theodore Roosevelt pada 11 November lalu.
Pesawat X-47B sepintas mirip dengan pesawat AS lainnya, RQ-170 Sentinel, yang berhasil dicegat Iran beberapa waktu lalu dan rencananya akan direka ulang.