Rabu 14 Mar 2018 05:01 WIB

Enam Kiat Lepas dari Kecanduan Media Sosial

Terlalu banyak menghabiskan waktu dengan medsos bisa membuat produktivitas turun.

Rep: Christiyaningsih/ Red: Ani Nursalikah
Hidup dengan media sosial tak selalu buruk, pastikan terjadi keseimbangan antara dunia nyata dan dunia online.
Foto: Agung Supriyanto/Republika
Hidup dengan media sosial tak selalu buruk, pastikan terjadi keseimbangan antara dunia nyata dan dunia online.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menghabiskan waktu di depan layar smartphone untuk bermain media sosial memang mengasyikan. Kita dapat melihat berbagai unggahan baik foto, video, maupun status teman-teman di dunia maya. Jika sedang bosan, membuka media sosial adalah pembunuh waktu yang ampuh karena berbagai macam informasi dapat diperoleh di sana.

Namun, tak jarang kita terlalu banyak menghabiskan waktu dengan media sosial. Akibatnya, produktivitas merosot dan banyak pekerjaan yang lebih penting jadi terbengkalai. Media sosial ibarat candu, sekali ketagihan maka kita akan sulit melepaskan diri. Namun, bukan berarti kecanduan media sosial tak bisa disembuhkan. Dikutip dari Indy 100, inilah enam kiat agar tak lagi kecanduan media sosial.

Matikan notifikasi

FOMO alias fear of missing out adalah istilah baru untuk menyebut lahirnya rasa iri akibat melihat postingan orang lain di media sosial. Saat bermain media sosial acapkali kita merasa iri karena melihat hidup orang lain di media sosial terlihat sempurna dan menyenangkan. Jalan keluarnya adalah kita harus mematikan notifikasi agar tak terus menerus melihat unggahan orang lain. Dengan mematikan notifikasi, kita tidak terpicu untuk terus menerus menegok unggahan baru di media sosial.

Punya hobi

Berdasarkan Bustle yang dikutip Indy 100, solusi lain membatasi waktu bermain media sosial adalah dengan mengerjakan hobi. Kerjakan apapun yang tidak berhubungan dengan media sosial, entah itu berlatih parkour, membaca buku, bermain musik, atau apa pun yang menjauhkan kita dari media sosial.

Jauhi media sosial ketika emosi

Dalam tulisan yang dimuat di New York Post, Tim Bono yang merupakan profesor di Washington University menyarankan orang-orang menjauhi Instagram bila sedang dirundung emosi. "Jika pengaruh negatif sedang menguasai pikiran dan perasaan, melihat postingan foto di media sosial dan membandingkannya dengan kehidupan kita bisa membuat kita semakin lemah," demikian tulis Bono.

Media sosial adalah drama

Tim Bono menekankan kita sedang 'mabuk' tatkala menikmati tontonan termasuk tayangan televisi dan media sosial. Ia menegaskan media sosial layaknya drama yang disiarkan di Netflix, jaringan televisi berbayar di Amerika Serikat. Setiap orang menuliskan dan menunjukkan sebagian kecil dari hidupnya yang nampak bahagia. Bono mengingatkan agar pengguna media sosial tak terpengaruh postingan pengguna lain yang sekilas nampak sempurna. Karena, itu hanya sebagian kecil dari hidupnya dan bukan wujud utuh dari kehidupan yang sebenarnya.

Ingat waktu

Ingatlah seberapa sering kita menggunakan media sosial dan bagaimana perasaan yang timbul setelah itu. Jika membuka media sosial malah membuat pikiran dan perasaan anda bertambah buruk, maka itu saatnya mengurangi waktu untuk mengakses media sosial.

Kontrol aplikasi

Membatasi waktu membuka media sosial juga bisa dilakukan dengan melenyapkan seluruh aplikasi medsos yang terpasang di smartphone. Dengan demikian, kita perlu masuk ke web untuk melihat akun medsos dan itu menjadi lebih merepotkan. Secara berangsur kerepotan itu akan membuat kita lebih malas membuka medsos.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement