Sabtu 11 Jul 2015 14:16 WIB

Koalisi Negara Teluk Bombardir Yaman di Tengah Gencatan Senjata

Red: Dwi Murdaningsih
Kelompok Houthi menyerang kilang minyak Buraiqah di Aden, Yaman, Sabtu (27/6).
Foto: reuters
Kelompok Houthi menyerang kilang minyak Buraiqah di Aden, Yaman, Sabtu (27/6).

REPUBLIKA.CO.ID, SANAA -- Sejumlah pesawat tempur negara persekutuan Teluk masih terus membomi Yaman di pusat dan bagian selatan kota Taez Sabtu (11/7). Padahal, saat ini sedang disepakati rekat kemanusiaan atau gencatan senjata di wilayah konflik tersebut. Dua serangan udara menyasar markas kelompok gerilyawan Houthi di Jalan Arbaeen di Taez. Di tempat sama, pertempuran juga terjadi antara Houthi dengan pasukan Presiden Abedrabbo Mansour Hadi saat gencatan senjata mulai berlaku pada Sabtu dini hari.

Sejumlah saksi menyatakan bahwa kelompok Houthi sebelumnya meledakkan bom di sejumlah kawasan perumahan Taez. Kantor berita negara Yaman, yang masih dikuasai oleh Presiden Mansour Hadi, menuduh kelompok Houthi dan pasukan loyalis mantan penguasa Ali Abdullah Saleh telah mengirim pasukan tambahan ke kota Taez menjelang gencatan senjata.

Sementara itu, di wilayah selatan Yaman, sejumlah pesawat tempur milik negara koalisi Teluk membombardir kota pelabuhan Aden dan wilayah provinsi Lahj yang berada di dekatnya, demikian sejumlah saksi menyatakan. Serangan itu muncul setelah gerilyawan meledakkan bom di sejumlah kawasan perkampungan di Aden, demikian keterangan Abdullah al-Dayani, juru bicara kelompok paramiliter pendukung Mansour Hadi di wilayah selatan.

Pesawat tempur lain tampak terbang mengelilingi kota Sanaa. Namun hingga kini belum ada laporan mengenai serangan di ibu kota Yaman tersebut. Persekutuan negara teluk pimpinan Arab Saudi tidak menyetujui gencatan senjata antara pasukan Mansour Hadi dengan Houthi. Bahkan pihak Riyadh menyebut kesepakatan itu "tidak berguna" dan meragukan komitmen kelompok gerilyawan untuk mematuhinya. Gencatan senjata yang rencananya akan berlangsung selama enam hari itu sebelumnya diumumkan oleh Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon setelah dia mendapat kepastian dari pihak Mansour Hadi dan Houthi bahwa mereka akan mematuhinya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement