Ahad 06 Mar 2016 15:38 WIB

Berkunjung ke Kota Hantu Fukushima

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Dwi Murdaningsih
Bekas pembangkit nuklir Fukushima di Jepang.
Foto: Yoru Yamanaka/AFP
Bekas pembangkit nuklir Fukushima di Jepang.

REPUBLIKA.CO.ID, NAIME -- Shinichi Niitsuma antusias menunjukkan pengunjung daya tarik kota kecil Namie. Kota garis pantai yang dilanda tsunami tersebut tampak seperti kota hantu setelah rumah-rumah ditinggalkan.

Lima tahun setelah bencana nuklir mengosongkan banyak pantai timur laut Jepang, pariwisata memerikan penduduk kota setempat kesempatan untuk mengusir kengerian masa lalu.

Seperti kamp konsentrasi Nazi di Polandia ata Ground Zero di New York, daerah hancur akibat bencana Fukushima kini telah menjadi titik 'pariwisata gelap'. Setiap tahunnya, lebih dari dua ribu pengunjung tertarik berkunjung setelah bencana nuklir terburuk dalam seperampat abad.

"Tidak ada tempat seperti Fukushima, kecuali mungkin Chernobyl untuk melihat betapa mengerikan bencana nuklir," katanya mengacu pada bencana nuklir di Ukraina 1986.

Pada 11 Maret 2011, gempa berkekuatan sembilan SR di lepas pantai timur laut Jepang memicu tsunami besar dan melanda daratan. Sebanyak 19 ribu orang tewas atau hilang akibat bencana tersebut.

Warga Namie dievakuasi setelah tsunami membuat pabrik nuklir ke krisis dan belum diizinkan untuk beroperasi kembali lantaran kekhawatiran radiasi.

Niitsuma (70 tahun) adalah salah satu dari 10 relawan pemandu lokal yag mengorganisir perjalanan ke tempat wisata di Namie. Termasuk daerah yang dibatasi secara ketat.

"Saya ingin pengunjung melihat kota hantu ini, yang bukan hanya warisan belaka tapi menyajikan putus asa," tambahnya sambil berjalan menyusuri jalan utama Namie yang terletak delapan kilometer dari pabrik nuklir.

Para relawan membawa pengunjung ke berbagai bangunan dan meminta untuk tidak menyentuhnya karena adanya radiasi. Tingkat radiasi yang sangat tinggi menghambat kerja pembongkaran.

Mereka berhenti disebuah sekolah dasar yang terkena tsunami. Jarum jam di dinding kelas tidak lagi bergerak dan menunjukkan angka 03.38, saat gelombang pembunuh sebenarnya menyapu daratan.

Di gedung olahraga, spanduk untuk kelulusan 2011 masih menggantung di atas pangung dan pabrik nuklir yang lumpuh terlihat melalui jendela yang hancur.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement