Selasa 15 Nov 2016 03:03 WIB

Pemprov Jatim Dorong Reformasi Struktural Jasa Keuangan

Rep: Binti Sholikah/ Red: Budi Raharjo
Perbankan syariah.
Foto: dok. Republika
Perbankan syariah.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA --- Gubernur Jatim Soekarwo menilai pentingnya reformasi struktural di bidang industri jasa keuangan. Sebab, kondisi perekonomian nasional saat ini dipengaruhi oleh kondisi ekonomi global yang cenderung berubah-ubah.

Menurut Pakde Karwo, sapaan akrabnya, reformasi struktural di bidang industri jasa keuangan ada tiga, yakni pemihakan terhadap ritel, suku bunga murah dan fiskal yang rendah. Bila ingin membenahi situasi seperti ini, pemihakan terhadap ritel harus jelas.

"Kedua suku bunga harus rendah, kemudian pajak terhadap kelompok retail harus kecil. Jadi kalau ingin melakukan transformasi ekonomi ini harus dilakukan. Termasuk di Jatim yakni mengenai skema pembiayaan dan pasar," ujarnya saat menjadi pembicara dalam Sarasehan Ekonomi Transformasi Struktur Ekonomi Jawa Timur Menuju Kemandirian Ekonomi Daerah di Surabaya, Senin (14/11).

Dalam kesempatan tersebut, Pakde Karwo memaparkan kondisi makro ekonomi Jatim pada kuartal III 2016. Struktur PDRB Jatim dari sektor industri pengolahan di kuartal III sebesar 28,97 persen. Kemudian di sektor perdagangan, yakni perdagangan besar dan eceran menyumbang 17,94 persen di struktur PDRB Jatim.

Persentase tenaga kerja di sektor perdagangan sebesar 21,01 persen. Di sektor pertanian, pada kuartal III 2016 produktivitas relatif rendah. Tercatat sebanyak 26,49 persen tenaga kerja di bidang pertanian meyumbangkan 14,18 persen PDRB Jatim.

Dalam kinerja perdagangan, pada semester I tercatat surplus perdagangan Jatim dengan negara ASEAN sebesar 1,16 miliar dolar AS. Sedangkan dengan negara-negara ASEAN, untuk pertama kalinya Jatim surplus perdagangan dengan Singapura sebesar 112,88 juta dolar AS.

Semester I 2016, Defisit Perdagangan Jatim hanya dengan Laos. Komoditas impor Jawa Timur dari Laos adalah Pupuk (Potassium Chloride / KCl). Selain itu struktur impor Jatim pada 2015 sebanyak 80,52 persen berasal dari bahan baku/penolong. Hal ini menurun bila dibandingkan 2009 dimana impor bahan baku sebesar 81,83 persen. Penurunan ini disebabkan pemenuhan kebutuhan bahan baku/penolong oleh industri domestik.

Ia menambahkan, salah satu strategi yang dilakukan Pemprov Jatim  untuk mendorong perekonomian melalui tiga hal yakni pembiayaan yang kompetitif, produksi segmen UMKM dan besar, serta pemasaran yang baik. Menurutnya, hal ini harus didukung oleh iklim politik dan pemerintahan yang baik.

"Faktor eksternal nyaman dan aman itu kalau hubungan antara kepala daerah dan politisi bagus. Sinergi antara DPRD dan Pemerintahan (Gubernur) harus jalan dengan baik. Ini yang nanti akan menciptakan iklim investasi yang baik," ujar politisi Partai Demokrat tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement