Jumat 26 Apr 2024 00:50 WIB

Jaga Kualitas Pembiayaan, BFI Tekan NPF ke Level 1,24 Persen

Hal ini untuk memastikan kualitas aset tetap terjaga.

BFI Finance (ilustrasi)
Foto: BFI Finance
BFI Finance (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -– PT BFI Finance Indonesia Tbk mengawali kinerja kuartalannya dengan catatan pertumbuhan yang baik sembari menerapkan prinsip kehati-hatian dan mempertahankan postur risiko pada tingkat yang sehat. Hal ini untuk memastikan kualitas aset tetap terjaga dan menjadi pondasi untuk keberlanjutan bisnis di sepanjang tahun.

Pertumbuhan tecermin pada nilai total aset Perusahaan yang dilaporkan sebesar Rp24,2 triliun. Nilai ini meningkat 0,9 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dibandingkan nilai di kuartal I 2023 yaitu Rp 24,0 triliun. Besarnya kelolaan aset yang dimiliki oleh perusahaan saat ini turut terkontribusi dari total piutang pembiayaan yang dikelola (managed receivables) sebesar Rp 22,5 triliun hingga Maret ini, dengan nilai pembiayaan baru tercatat sebesar Rp 4,8 triliun.

Baca Juga

Manajemen risiko yang dilakukan perusahaan membuahkan hasil positif dengan menurunnya rasio pembiayaan bermasalah (Non-Performing Financing/NPF) yang berhasil ditekan hingga berada di level 1,24 persen bruto dan 0,23 persen neto per 31 Maret 2024. Rasio NPF ini berada jauh lebih rendah dibandingkan dengan peer-nya yang rata-rata berada di level bruto 2,55 persen. Sementara itu, cakupan penyisihan tercatat sebesar 2,9 kali NPF bruto perusahaan.

“Dengan pergerakan ekonomi yang cukup dinamis di triwulan pertama ini yang diwarnai dengan perhelatan pilpres, momentum Ramadhan, serta kondisi geopolitik, kami tetap fokus menerapkan risk appetite yang konservatif pada penyaluran kredit yang disetujui untuk menjaga kualitas aset dan fundamental bisnis Perusahaan. Hal ini seiring dengan upaya kami menjalani berbagai adaptasi sistem dan layanan keuangan terkini,” terang Direktur Keuangan BFI Finance, Sudjono melalui keterangan resmi, Kamis (25/4/2024)

Dari sisi pendapatan, perusahaan mencatat total pendapatan sebesar Rp 1,6 triliun dengan laba bersih terkumpul di kuartal ini sebesar Rp 361,4 miliar. Performa Imbal Hasil Rata-Rata atas Aset (RoAA) dan Imbal Hasil Rata-Rata atas Ekuitas (RoAE) masing-masing menempati level 7,5 persen dan 14,9 persen.

Berdasarkan piutang pembiayaan yang dikelola, bisnis BFI Finance masih didominasi oleh produk pembiayaan beragun kendaraan roda empat dan roda dua sebesar 61,7 persen, diikuti dengan pembiayaan untuk pembelian unit kendaraan roda empat bekas dan baru sebesar 14,9 persen, pembiayaan alat berat dan mesin 14,7 persen, pembiayaan beragun sertifikat properti 4,5 persen, serta pembiayaan lainnya 4,2 persen.

Portofolio pembiayaan dengan tujuan sektor produktif terlapor paling banyak, yakni sebesar 58,2 persen untuk pembiayaan modal kerja. Di samping itu, pembiayaan investasi sebesar 20,1 persen, pembiayaan multiguna 18,7 persen, dan berbasis syariah 3,0 persen.

Untuk strategi dan arah bisnis tahun 2024, terdapat pengembangan produk keuangan baru serta optimalisasi produk yang sudah berjalan saat ini sehingga mampu mendukung target pertumbuhan bisnis Perusahaan seiring dengan upaya mengembangkan teknologi terkini. Hal ini guna mendukung pengembangan bisnis Perusahaan yang berbasis teknologi end-to-end dan berkelanjutan.

“Nilai tercatat untuk intangible asset atau aset tak berwujud peranti lunak meningkat sekitar 58,4 persen yoy dari Rp 151,8 miliar menjadi Rp 240,4 miliar, di mana biaya ini dikeluarkan untuk mengakselerasi pengembangan teknologi sistem operasional bisnis Perusahaan,” ujar Sudjono.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement