HNW: Patut Disyukuri, Indonesia Merdeka di Bulan Ramadhan

Rep: Amri Amrullah/ Red: Ilham

Senin 05 Jun 2017 09:11 WIB

 Wakil Ketua Majelis Syuro PKS Hidayat Nur Wahid melakukan orasi kebangsaan pada acara Tasyakuran 74 Tahun Hijriyah Proklamasi kemerdekaan Indonesia 9 Ramadhan 1364 H di Kantor DPP PKS, Jakarta, Ahad (4/6). Foto: Republika/Prayogi Wakil Ketua Majelis Syuro PKS Hidayat Nur Wahid melakukan orasi kebangsaan pada acara Tasyakuran 74 Tahun Hijriyah Proklamasi kemerdekaan Indonesia 9 Ramadhan 1364 H di Kantor DPP PKS, Jakarta, Ahad (4/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di hadapan para veteran pejuang dan hadirin saat memperingati Tasyakuran 74 Tahun Hijrah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid mengucapkan terima kasih kepada para veteran. "Para veteran adalah pahlawan bangsa," ujarnya. Para pahlawan disebut sebagai sosok yang melakukan pengorbanan yang luar biasa sehingga perlu dijadikan tauladan.

Hidayat bersama beberapa gabungan para veteran ini memperingati Hari Kemerdekaan Bangsa Indonesia sesuai kalender Hijriah pada saat itu. Menurutnya, pada tahun ini merujuk tanggalan Hijriah, Hari Kemerdekaan Indonesia jatuh pada 4 Juni 2017.

"Dalam Tahun Hijrah, Indonesia merdeka pada 9 Ramadhan 1364 H. Meski demikian setiap 17 Agustus kita juga memperingati hari kemerdekaan dengan upacara bendera dan tasyukuran," ujarnya.

Dengan memperingati Hari Kemerdekaan pada 9 Ramadhan dan 17 Agustus, menurut Hidayat Nur Wahid, itu wujud penegasan cintanya umat Islam kepada Indonesia. "Cinta kami kepada Indonesia double, dua kali," ujarnya.

Selain itu, peringatan Hari Kemerdekaan di bulan Ramadhan ini agar bangsa Indonesia mensyukuri bangsa ini merdeka pada bulan Ramadhan. Sebagai seorang Muslim, ia yakin dengan bersyukur maka nikmat Allah akan dilipatgandakan.

Lebih lanjut dikatakan, kemerdekaan di bulan Ramadhan merupakan karunia Allah kepada bangsa Indonesia. "Ini rahmat Allah pada bangsa Indonesia," ucapnya. Sebagai rahmat dari Allah maka umat Islam tetap semangat dan bangkit dalam mempertahankan kemerdekaan.

Dalam kesempatan itu, Hidayat Nur Wahid memaparkan peran-peran umat Islam dalam sejarah Indonesia, tidak hanya dalam bentuk perjuangan fisik, ide dan gagasan soal tata negara, namun juga soal toleransi. Dikatakan dia, hilangnya tujuh kata dalam penyusunan Pancasila merupakan bentuk toleransi umat Islam.

Dalam kesempatan itu, Hidayat Nur Wahid mengajak pada semua untuk waspada karena ada pihak-pihak yang ingin mengadu domba bangsa Indonesia. "Ada yang ingin mengadu domba agar bangsa ini selalu gaduh," ujarnya. "Ada pihak yang tidak ingin Indonesia kuat," tambahnya. "Ada yang ingin negara dan agama berpisah," ujarnya.

Terpopuler