Senin 12 Jun 2017 18:24 WIB

Ikhtiar yang Menghijrahkan

Red: Fernan Rahadi
HD Iriyanto
Foto: bangunkarakter.com
HD Iriyanto

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh HD Iriyanto 

Salam Metamorfosa, Salam Perubahan…

Sebagai bulan tarbiyah, Ramadhan mengajak kita untuk kembali belajar. Utamanya untuk memperbanyak dan memperdalam pemahaman dan penghayatan kita tentang agama Islam, agar implementasinya menjadi lebih mantap. Maka saya pun kembali membaca beberapa literatur, tak terkecuali membaca ulang Ensiklopedia Pengetahuan Alquran dan Hadis.

Pada subtopik yang membahas ‘Amal yang Menyebabkan Keberhasilan’, saya ketemu lagi dengan kutipan QS Ar-Ra’d ayat 11: Innallaha laa ghayyiru maa biqaumin hatta yughayyiruu maa bianfusihim yang bermakna “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa yang ada pada diri mereka.”

Para pembaca yang siap berubah menjadi lebih baik…

Dalam penjelasan selanjutnya disebut bahwa sebagai wujud keyakinan hamba terhadap Allah, maka ada tiga hal yang perlu dipegang oleh manusia untuk meraih keberhasilan, yakni usaha (ikhtiar), doa, dan tawakal. Saya pun mencoba mengkritisi perihal usaha (ikhtiar) dengan bertanya pada diri sendiri, usaha (ikhtiar) seperti apa yang semestinya dilakukan manusia untuk bisa meraih keberhasilan?

Setelah saya renungi dan saya gabungkan dengan koleksi pengetahuan dan pengalaman yang saya miliki, maka lahirlah kesimpulan subyektif saya berikut ini. Usaha (ikhtiar) yang bisa menghijrahkan kita untuk meraih keberhasilan haruslah diawali dengan mengubah cara berpikir kita. Yakni mengubah dari cara berpikir yang melumpuhkan (seperti cara berpikir negatif, sempit, tidak yakin, dan lain-lain) menjadi cara berpikir yang memberdayakan (semisal cara berpikir positif, kreatif, yakin, dan lain-lain).

Komponen usaha (ikhtiar) berikutnya yang perlu kita kerjakan adalah mengubah sikap, tindakan, dan kebiasaan kita. Yakni dari sikap, tindakan, dan kebiasaan yang melemahkan (seperti reaktif, konsumtif, suka cari kambing hitam, dan lain-lain) menjadi sikap, tindakan, dan kebiasaan yang menguatkan (semisal responsif, produktif, evaluasi obyektif, dan lain-lain).

Selanjutnya, komponen usaha (ikhtiar) yang juga perlu dibangun adalah keahlian (//expert//). Jika selama ini proses mengasah kebisaan yang kita lakukan sudah sampai kepada mampu atau sanggup, maka tingkatkan menjadi ahli alias mumpuni. Sebab hanya orang-orang yang memiliki keahlian tertentulah yang akan mendapat kepercayaan dari banyak pihak. Bukan orang-orang yang biasa-biasa saja.

Sedangkan komponen usaha (ikhtiar) yang terakhir yang perlu kita lakukan adalah memromosikan diri. Jika kemarin-kemarin kita sungkan untuk mengenalkan siapa diri kita, apa keahlian kita, seperti apa karya atau prestasi kita, maka hari ini dan ke depan rasa sungkan tersebut sudah tidak boleh lagi kita pelihara. Promosi harus menjadi keniscayaan bagi kita.

Keempat komponen usaha (ikhtiar) itulah yang kini tengah dilakukan oleh sahabat baru saya, Rio Tanjung. Anak muda yang dilahirkan di Pasaman Timur Sumatra Barat ini, sedang getol untuk menghijrahkan kehidupannya melalui sekolah alternatif berbasis teknologi informasi, Geschool. Sebab menurutnya, kehadiran dan kemutakhiran teknologi informasi jangan hanya dilihat dari sisi negatifnya saja. “Kita harus mampu memanfaatkannya untuk kemaslahatan umat”, ujarnya saat bersila-turahim di kantor saya.

Jika seorang Rio Tanjung terus berikhtiar untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik, kini giliran Anda yang melakukannya. Siap? Keep spirit & change your life.

*Inspirator Metamorphosis; Dosen Universitas Amikom Yogyakarta

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement