Senin 21 Dec 2020 17:14 WIB

Prof Muti Beberkan Ciri Toleransi di Hadapan Mahasiswa

Prof Abdul Muti menjelaskan ciri toleransi di depan mahasiswa

Red: Nashih Nashrullah
Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Muti, menjelaskan ciri toleransi di depan mahasiswa
Foto: Republika/Prayogi
Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Muti, menjelaskan ciri toleransi di depan mahasiswa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Tasamuh (toleransi) merupakan ajaran ketuhanan yang telah termaktub dalam Alquran maupun perilaku Nabi Muhammad SWT, sebagai wujud moderasi beragama di tengah-tengah kemajemukan bangsa.

Hal itu disampaikan Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Abdul Mu’ti, Muhammadiyah di hadapan 80 mahasiswa peserta Pendidkan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat Nasional (DIKLATPIMNAS) Diktis Ditjen Pendidikan Islam Kemenag secara virtual pada Senin (21/12). 

Baca Juga

“Kemajemukan (pluralitas), keberagaman (diversity, ta’addudiyah), dan istilah lainnya adalah sesuatu yang terjadi atas kehendak dan sesuai dengan hukum-hukum Allah (sunnatullah),” kata dia. 

Mu’ti mengatakan, pluralitas ditandai  adanya perbedaan basyariyah (fisik), insaniyah (intelektual), dan diniyyah (keagamaan) yang terjadi karena sebab-sebab alamiah, ilmiah, dan amaliyah,” kata guru besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bidang ilmu pendidikan agama Islam ini.  

Di hadapan para aktivis mahasiswa PTKI se-Indonesia ini, Mu’ti menerangkan ciri-ciri tasamuh sebagai bekal menjadi insan yang moderat, yaitu memahami dan menyadari adanya perbedaan. 

“Aku-dia, kami-mereka, in-group, out-group termasuk dalam hal ini memahami titik perbedaan dan persamaan beserta sebab-sebabnya sebagai ciri pertama,” ujar dia. 

Prof Mu’ti menjelaskan, ciri yang kedua, orang yang tasamuh dicirikan menghormati perbedaan sebagai sebuah keyakinan dan pilihan yang bersifat pribadi. Tidak mencela, menyalahkan, merendahkan, mengafirkan, atau memaksakan kehendak kepada orang atau pihak lain. 

Ciri ketiga, lanjut Mu’ti, adalah menerima eksistensi mereka yang berbeda dengan tetap menjaga dan mempertahankan keyakinan dan identitas pribadi atau kelompok. 

Sementara ciri keempat yaitu memberikan kesempatan, mengakomodasi, dan memfasilitasi mereka yang berbeda untuk dapat melaksanakan keyakinan dan memelihara identitas.

Ciri terakhir, kata Prof Mu’ti, adalah bekerjasama dan bertanggung jawab terhadap kepentingan bersama dan hal-hal yang bermanfaat bagi khalayak serta menjunjung tinggi kesepakatan kolektif untuk membangun kerukunan, kedamaian, dan kemajuan bersama.  

“Tasamuh memungkinkan adanya ta’awun, kooperasi, kolaborasi, tolong menolong, gotong-royong, kemitraan, bentuk-bentuk muamalat untuk kemaslahatan umum,” ujar Mu’ti.  

Diklatpimnas Diktis Ditjen Pendidikan Islam diselenggarakan secara online pada 20-26 Desember 2020 dan dilanjutkan secara offline pada 28-30 Desember 2020. 

Narasumber sebelumnya Wakil Menteri Agama RI, Dirjen Pendidikan Islam Muhammad Ali Ramdhani, Direktur Diktis Suyitno dan diberikan orientasi oleh Ruchman Basori Kasubdit Sarpras dan Kemahasiswaan.  

Ruchman mengatakan mahasiswa berperan penting sebagai agen penyemai gagasan dan perilaku moderasi beragama yang secara spesifik diwakili nilai dan laku toleransi terhadap kemajemukan sebagai sunnatullah.   

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement