Senin 26 Apr 2021 21:10 WIB

Pandemi Naikkan Jumlah Pengangguran di Solo

Peningkatan pengangguran di Solo dipicu terpuruknya sektor pariwisata

Red: Nur Aini
Perajin membuat penutup kepala tradisional (blangkon) di Sentra Industri Kecil Menengah (IKM) Kreatif Semanggi Harmoni, Solo, Jawa Tengah, Senin (19/4/2020). Kerajinan blangkon dengan berbagai gaya seperti gaya Solo, Yogyakarta, Madura, Banyumas,  maupun Surabaya produksi setempat dijual seharga Rp35 ribu hingga Rp250 per biji tergantung motif dan kualitas kain serta dipasarkan kesejumlah daerah di Indonesia.
Foto: Maulana Surya/ANTARA FOTO
Perajin membuat penutup kepala tradisional (blangkon) di Sentra Industri Kecil Menengah (IKM) Kreatif Semanggi Harmoni, Solo, Jawa Tengah, Senin (19/4/2020). Kerajinan blangkon dengan berbagai gaya seperti gaya Solo, Yogyakarta, Madura, Banyumas, maupun Surabaya produksi setempat dijual seharga Rp35 ribu hingga Rp250 per biji tergantung motif dan kualitas kain serta dipasarkan kesejumlah daerah di Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian Kota Surakarta, Jawa Tengah menyatakan pandemi Covid-19 berdampak pada penambahan jumlah pengangguran di daerah itu, menyusul terpuruknya sejumlah sektor ekonomi, salah satunya pariwisata.

"Jumlah pengangguran terbuka sebelum pandemi sebesar 4,17 persen, sedangkan per Desember dari laporan BPS (Badan Pusat Statistik) kita sudah naik ke 7,6 persen. Ini akibat pandemi Covid-19," kata Pelaksana Tugas Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian Kota Surakarta Agus Sutrisno di Solo, Senin (26/4).

Baca Juga

Dengan penambahan tersebut, dikatakannya, artinya banyak pekerja yang bekerja di sektor formal maupun nonformal yang menganggur akibat pemutusan hubungan kerja (PHK)."Akibat pandemi ini ada penambahan sekitar 10.000 pengangguran terbuka. Di sisi lain ada sekitar 3.000 angkatan kerja baru," katanya.

Ia mengatakan penambahan angka pengangguran ini paling banyak disumbang sektor pariwisata, di antaranya hotel, restoran, dan transportasi di mana terdampak langsungpandemi Covid-19. Pihaknya mencatat para pengangguran ini paling banyak berasal dari perusahaan skala menengah, sedangkan skala kecil justru tidak terlalu terdampak mengingat tenaga kerja yang dimiliki juga tidak sebanyak skala menengah.

Ia mengatakan dengan penambahan tersebut saat ini jumlah pengangguran terbuka di Kota Solo mencapai 22.800 orang. Terkait dengan penambahan ini, pihaknya dengan instansi lain terus berupaya memberikan pendampingan agar para penganggur bisa segera mengentaskan diri. Ia mengatakan salah satu pendampingan yang diberikan adalah pelatihan usaha.

"Memang kalau pelatihan ini ditujukan untuk 'upskill' (naik kelas) susah karena latar belakangnya yang merupakan pekerja. Namun demikian, kami didik dengan ketrampilan baru, harapannya jadi wirausaha, bukan jadi pekerja," katanya.

Ia mengatakan untuk pelatihan sendiri masih dilakukan secara bertahap mengingat saat ini masih dalam situasi pandemi Covid-19. "Seperti belum lama ini kami menyelenggarakan pelatihan e-commerce, ada 300 yang daftar tetapi kami baru bisa melaksanakan 70 orang," katanya.

Meskipun jumlah pengangguran akibat pandemi Covid-19 mengalami peningkatan, dikatakannya, sejauh ini pertumbuhan ekonomi di Kota Solo masih lebih baik jika dibandingkan dengan tingkat provinsi maupun nasional.

"Secara nasional maupun Jateng pertumbuhan ekonomi kita termasuk bagus. Untuk nasional sebesar -2,07 persen, Jateng -2,67 persen, dan Solo -1,72 persen," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement