Kamis 21 Oct 2021 22:43 WIB

Danone Communities Berinvestasi di Perusahaan Sosial Nazava

Danone Communities menyebut pertama kali bekerja sama dengan Perusahaan penyaring air

Red: Ichsan Emrald Alamsyah
 Danone Communities, lembaga impact investment dan inkubator bisnis sosial untuk masyarakat berpenghasilan rendah, hari ini mengumumkan investasi pada perusahaan sosial Nazava di Indonesia.
Foto: istimewa
Danone Communities, lembaga impact investment dan inkubator bisnis sosial untuk masyarakat berpenghasilan rendah, hari ini mengumumkan investasi pada perusahaan sosial Nazava di Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Danone Communities, lembaga impact investment dan inkubator bisnis sosial untuk masyarakat berpenghasilan rendah, hari ini mengumumkan investasi pada perusahaan sosial Nazava di Indonesia. Danone Communities telah memberi dampak pada 11 juta orang di seluruh dunia dengan meningkatkan akses air minum yang aman bagi masyarakat.

Selain itu berkontribusi mencapai tujuan global untuk pembangunan berkelanjutan (SDGs) yang dicanangkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), khususnya tujuan keenam yaitu akses air bersih dan sanitasi.

Investasi tersebut juga mendukung upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia untuk mencapai target 100 persen akses air minum layak, dan 15 persen air minum aman pada 2024, serta 100 persen akses air minum aman pada 2030.

Menurut data PBB sekitar 2,2 miliar orang, atau satu dari tiga orang di dunia, tidak memiliki akses air minum yang aman. Melihat pentingnya peningkatan akses masyarakat terhadap air minum, Danone Communities mengumumkan investasi terbarunya pada Nazava, sebuah perusahaan sosial yang memiliki misi menyediakan air minum yang aman dan terjangkau bagi siapa pun dan di mana pun dengan memproduksi dan menjual saringan air minum berkualitas tinggi dengan harga yang murah bagi rumah tangga.

Didirikan di Indonesia pada 2009 oleh dua warga negara Belanda, Guido van Hofwegen dan Lieselotte Heederik, Nazava menyediakan air minum bagi lebih dari 450 ribu orang berpenghasilan rendah dan menargetkan untuk menjangkau 2 juta orang di 2024.

Sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia, di mana 72 persen dari total populasi menggunakan air sumur sebagai air minum, dan kurang lebih sekitar 26 ribu anak-anak meninggal dunia rata-rata per tahunnya karena diare akibat mengkonsumsi air minum yang terkontaminasi, Nazava telah mengembangkan model yang inovatif. 

Bekerja sama dengan perguruan tinggi lokal dan internasional, termasuk Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Padjadjaran (Unpad), dan Delft University, Belanda. Saringan air minum yang telah teruji secara global ini, didesain agar aspiratif dan mudah digunakan. Produk ini didistribusikan secara luas di Indonesia lewat jaringan penjualan Lembaga Keuangan Mikro (MFI), reseller dan situs e-commerce

Terkait dengan investasi baru ini,  Business Development Waters Director Danone Communities, Valerie Mazon, mengatakan, pihaknya sangat menyambut baik kehadiran Nazava dalam portofolio Danone Communities Water.

"Bagi Danone Communities, ini adalah kali pertama kami bekerja sama dengan perusahaan penyaring air rumah tangga, sekaligus kali pertama berkolaborasi dengan perusahaan asal Indonesia," kata Valerie.

Secara keseluruhan saringan air Nazava memiliki dampak positif pada masyarakat lewat cara, yaitu meningkatkan kesehatan dengan cara mengurangi potensi penyakit yang menyebar lewat air, mengurangi produksi CO2 karena tidak butuh merebus air dengan menggunakan energi fosil, mengurangi sampah, menghemat pengeluaran barang sekali pakai untuk rumah tangga (hemat hingga Rp 1.099.460 atau sekitar 78 dolar AS per tahun per rumah tangga), serta meningkatkan ketersediaan waktu pada rumah tangga (menghemat dua jam per pekan per rumah tangga).

"Nazava memiliki cara-cara inovatif untuk menjangkau konsumen melalui jaringan. Lembaga keuangan mikro sehingga membantu semakin banyak masyarakat membeli penyaring air rumah tangga melalui skema cicilan yang terjangkau. Hal ini juga menjadi model keuangan hybrid, dengan menjual kredit karbon berkat pengurangan CO2," kata Valerie melanjutkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement