Rabu 05 Jan 2022 09:40 WIB

Omicron Menyebar Cepat karena Kemampuannya Menerobos Vaksin

Omicron cepat menyebar karena bisa menembus kekebalan vaksin.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Omicron cepat menyebar karena bisa menembus kekebalan vaksin (Foto: ilustrasi Omicron)
Foto: Pixabay
Omicron cepat menyebar karena bisa menembus kekebalan vaksin (Foto: ilustrasi Omicron)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi mengonfirmasi bahwa penyebaran omicron yang begitu cepat dimungkinkan karena kemampuannya yang bisa menembus kekebalan dari vaksin. Menurut studi dari University of Copenhagen Denmark, individu yang sudah divaksinasi 2,7-3,7 kali lebih rentan terhadap Omicron daripada varian delta. Meski jika dibandingkan mereka yang tidak divaksinasi, potensi penularannya lebih rendah.

"Temuan kami mengonfirmasi bahwa penyebaran cepat Omicron dipicu oleh kemampuannya menerobos kekebalan daripada peningkatan inheren dalam transmisibilitas dasar," tulis para peneliti seperti dilansir dari Fox News, Rabu (5/1/2022).

Baca Juga

Studi tersebut melibatkan 2.225 keluarga Denmark dengan omicron dan 9.712 keluarga dengan delta. Efektivitas vaksin berkurang sekitar 40 persen terhadap gejala dan 80 persen terhadap penyakit parah untuk omicron pada vaksin lengkap. Sementara suntikan booster meningkatkan angka tersebut masing-masing menjadi 86 persen dan 98 persen.

Individu yang divaksinasi booster tidak hanya terlindungi dengan baik terhadap rawat inap, tetapi mereka juga lebih kecil kemungkinannya untuk menularkan virus dibandingkan dengan individu yang telah menerima dua dosis vaksin. Orang yang tidak divaksinasi paling mungkin menularkan virus.

Studi dari tim tanggap Covid-19 Imperial College London juga menyatakan bahwa varian Omicron juga lebih mampu menghindari kekebalan yang ditawarkan oleh infeksi sebelumnya. Varian Omicron 5,41 kali lebih mungkin untuk menginfeksi ulang seseorang daripada delta. Omicron juga lebih mudah menembus kekebalan, yang juga dikaitkan dengan gejala lebih ringan.

Para peneliti di Imperial College London menemukan bahwa individu yang terinfeksi omicron 40 persen lebih kecil kemungkinannya untuk dirawat atau mendapatkan pengobatan di RS. Para peneliti di The University of Hong Kong juga menemukan bahwa tingkat infeksi omicron pada paru-paru lebih rendah secara signifikan dibandingkan SARS-CoV-2 asli, yang mungkin menjadi indikator keparahan penyakit yang lebih rendah.

Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), Dr Rochelle Walensky, mencatat bahwa hampir semua kasus infeksi omicron di AS mengalami gejala ringan.

"Apa yang umumnya kita ketahui adalah semakin banyak mutasi yang dimiliki suatu varian, semakin tinggi tingkat kekebalan yang Anda butuhkan. Kami ingin memastikan kami meningkatkan kekebalan semua orang,” kata Walensky.

Menurut CDC, hingga 25 Desember 2021, Omicron bertanggung jawab atas 58,6 persen dari semua kasus baru di Amerika Serikat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement