Selasa 25 Oct 2022 13:31 WIB

Topan Sitrang di Bangladesh Tewaskan Sembilan Jiwa

Sebagian besar korban tewas Topan Sitrang tertimpa pohon tumbang

Rep: Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
Bangladesh menghadapi topan Sitrang, Selasa (25/10/2022) pagi waktu setempat. Ilustrasi.
Foto: Abu Sufian Jewel/AP
Bangladesh menghadapi topan Sitrang, Selasa (25/10/2022) pagi waktu setempat. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA - Bangladesh menghadapi topan Sitrang, Selasa (25/10/2022) pagi waktu setempat. Akibatnya sembilan warga meninggal dunia, rumah-rumah hancur, pohon tumbang, serta gangguan di jalan raya hingga memutus saluran listrik dan komunikasi.

Para pejabat bencana negara mengatakan evakuasi 400 ribu penduduk di wilayah pesisir telah dilakukan sebelumnya. Namun jumlah korban dan biaya akibat kerusakan hanya akan terdeteksi setelah komunikasi pulih.

Baca Juga

Topan Sitrang menerjang dari Teluk Benggala pada Selasa pagi membawa embusan angin hingga 88 kilometer per jam dan gelombang badai sekitar tiga meter. Sambungan listrik dan telepon sebagian besar telah terputus sehingga daerah pesisir menjadi gelap gulita.

Sebagian besar korban tewas tertimpa pohon tumbang. Tidak ada kerusakan besar yang dilaporkan di kamp-kamp pengungsi di Bangladesh tenggara, di mana lebih dari satu juta pengungsi etnis Rohingya dari negara tetangga Myanmar tinggal di tempat penampungan yang rapuh.

Para pejabat menyarankan hampir 33 ribu pengungsi Rohingya yang telah pindah dari kamp ke pulau rawan banjir di Teluk Benggala untuk tinggal di dalam rumah. Sementara itu hujan deras turun di jalan-jalan ibu kota, Dhaka, menyebabkan beberapa banjir dan gangguan bagi para komuter.

Topan itu juga memengaruhi negara bagian Benggala Barat di India timur. Asia Selatan telah mengalami peningkatan cuaca ekstrem dalam beberapa tahun terakhir yang menyebabkan kerusakan skala besar.

Para pemerhati lingkungan memperingatkan perubahan iklim dapat menyebabkan lebih banyak bencana, terutama di tempat-tempat seperti Bangladesh yang berpenduduk padat. Direktur kelompok ActionAid negara Bangladesh, Farah Kabir, mengatakan pada 2022 telah terjadi keadaan darurat iklim seperti banjir dan kekeringan dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya.

"Krisis iklim berkembang dan di sini di Bangladesh kami merasakan keganasannya," katanya.

"Ketika peristiwa cuaca ekstrem seperti Topan Sitrang menyerang, masyarakat menjadi hancur. Kami sangat membutuhkan akses ke dana yang mendukung masyarakat yang hidup melalui realitas krisis iklim," ujarnya menutup.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement