Piala Dunia dari Sisi Ekonomi
Oleh: Fauziah Mursid
Perayaan sepak bola akbar Piala Dunia akan selalu ditunggu oleh masyarakat dunia. Bahkan seorang yang bukan pecinta sepak bola sekalipun bisa menjadi pecinta sepak bola dadakan jika turnamen tersebut sedang berlangsung.
Kehadiran Piala Dunia ibarat magnet bagi semua orang khususnya negara peserta turnamen tersebut. Umumnya orang sudah mengetahui bahwa penyelenggaraan Piala Dunia adalah ajang unjuk gigi kemampuan bermain sepak bola.
Namun belum banyak yang membahas Piala Dunia dari sisi ekonomi. Sebuah turnamen besar yang menyita banyak perhatian dunia, pasti berdampak di sektor ekonomi.
Piala Dunia dianggap menjadi turnamen yang paling menyerap banyak biaya besar dalam penyelenggaraannya. Berbagai fasilitas seperti stadion, tempat latihan, markas timnas, dan fasilitas transportasi dan akomodasi menjadi syarat yang harus disiapkan penyelenggara.
Pengeluaran besar itu tidak lantas membuat negara-negara tidak bersedia menjadi tuan rumah penyelenggara. Tidak sedikit beberapa negara saling bersaing untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia.
Pengeluaran sepertinya bukan satu-satunya yang diperhitungkan tuan rumah, tetapi sebuah kebanggaan dan sejarah jika berhasil menyelenggarakan turnamen sepak bola akbar tersebut.
Pada Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan lalu, sebelumnya semua orang mengira Afrika Selatan (Afsel) tidak akan sukses menjadi tuan rumah Piala Dunia 2010.
Secara ekonomi, Afsel dinilai belum mampu menyelenggarakan turnamen sebesar Piala Dunia. Biaya yang harus dikeluarkan oleh Afsel dinilai dipaksakan mengingat kondisi rakyat Afsel masih dibawah garis kemiskinan.
Efek Piala Dunia
Pada Piala Dunia 2010, seperti dikutip Goal, pemerintah Afsel menghabiskan dana sebesar 40 miliar Rand atau Rp 42,5 triliun untuk stadion, infrastruktur transportasi, dan perbaikan bandara. Meskipun biaya besar, namun setelahnya dampak besar dirasakan rakyat Afsel dari turnamen itu.
Data dari salah satu akuntan publik dunia KPMG menyebut selama turnamen Piala Dunia berlangsung mampu memberikan kontribusi sekitar 0,5 persen Produk Domestik Bruto (PDB) Afrika Selatan. Piala Dunia juga mampu mengangkat pertumbuhan ekonomi sekitar 4-6 persen dalam triwulanan negara itu.
Tingkat pariwisata juga mengalami kenaikan sebesar 20 persen lebih tinggi daripada hari biasanya pada tahun itu. Peningkatan juga terjadi di sektor Industri makanan dan minuman yang naik 10,4 persen dibandingkan 2009.
Restoran sebesar 14,4 persen, penjual makanan 9 persen, bar 20,5 persen, ritel 7,4 persen dan sektor pendapatan lainnya sekitar 28,5 persen. Piala Dunia juga menarik lebih dari 1,4 juta pengunjung selama turnamen berlangsung.
Sedangkan pada Piala Dunia 2006 di Jerman, Piala Dunia mampu mengangkat PDB sebesar 0,2 persen dengan menarik 2-3 juta pengunjung ke Jerman. Biaya yang dikeluarkan pada Piala Dunia 2006 di Jerman sebesar 3,5 miliar Euro atau sebesar Rp 55 triliun.
Paling Mahal
Untuk Piala Dunia 2014 Brasil yang akan berlangsung kurang dari tiga bulan lagi segala persiapan telah dilakukan. Terlepas dari segala protes yang terjadi di Brasil, Piala Dunia kali ini menjadi Piala Dunia yang paling besar memakan anggaran sebesar 25,6 miliar Reais Brasil atau Rp 123 triliun, tiga kali lipat dari Piala Dunia di Afrika Selatan dan Jerman.
Besarnya biaya, seperti yang ditulis Forbes, dianggarkan untuk merenovasi 7 stadion, membangun 5 stadion dan perbaikan semua infrastruktur. Namun hingga mendekati waktu perhelatan, masih ada beberapa venue yang belum rampung pengerjaannya.
Dengan biaya yang begitu besar, pemerintah Brasil tentu berharap Piala Dunia 2014 nanti berdampak kepada perekonomian secara jangka panjang.
Biaya pengeluaran jelas tidak akan tertutupi selama turnamen berlangsung. Tetapi Pemerintah Brasil yakin bahwa Piala Dunia dapat menarik jumlah pariwisata negaranya di masa mendatang sama seperti di Piala Dunia sebelumnya.
Dampak Instan
Dampak yang paling cepat terasa mungkin adalah menggeliatnya sektor-sektor kecil seperti penjualan pernak pernik, industri makanan, dan asesoris selama turnamen berlangsung. Sektor pariwisata juga menjadi terkena dampak dengan adanya pengunjung yang menginap di sebagian hotel Brasil.
Menjelang Piala Dunia, seperti dikutip media Brasil, tarif hotel di Rio de Janeiro secara keseluruhan rata-rata 1.077 reais atau Rp 1,5 juta per malam yang sudah mengalami kenaikan 100 persen. Pemerintah Brasil menargetkan sekitar tiga juta wisatawan domestik dan 600 ribu wisatawan asing.
Dari segi penjualan tiket untuk piala dunia per 13 Maret 2014, jumlah tiket keseluruhan yang terjual sebanyak 2,5 juta tiket. Sebanyak 2,3 juta telah terjual pada fase pertama, sedangkan fase kedua masih tetap dibuka hingga 1 April mendatang di situs resmi FIFA.
Sampai saat ini ada beberapa nama kenamaan seperti Adidas, Coca Cola, Pabrikan Mobil Hyundai Emirates, Sony, dan Visa yang telah menjadi partnership Piala Dunia 2014.
Sedangkan untuk sponsor, beberapa nama terkenal seperti Castrol, Mcdonald, Budweiser, oi.com, Johnson-Johnson, Moy Park, dan Yingli telah resmi sebagai sponsorship Piala Dunia 2014.