Warga Brasil Dukung Tuna Wisma Protes Anggaran Piala Dunia

AP/Hassan Ammar
Pengunjuk rasa membakar majalah FIFA WOrld Cup saat memprotes Piala Dunia di Rio de Janeiro, Brasil, Kamis (15/5).
Red: Bilal Ramadhan

REPUBLIKA.CO.ID, SAO PAULO -- Ribuan warga Brazil pendukung gerakan membantu pekerja tuna wisma berdemonstrasi di Sao Paulo, Kamis, memprotes kurang tersedianya rumah tinggal dan pelayanan publik yang buruk akibat besarnya pengeluaran demi menyelenggarakan Piala Dunia.


Polisi menyebutkan bahwa jumlah pengunjuk rasa sebanyak 15.000 orang, sementara koordinator aksi mengatakan bahwa jumlahnya lebih dari dua kali lipat dari angka tersebut.

Walaupun diterpa hujan, Gerakan Pekerja Tuna Wisma mengatakan demonstrasi tersebut adalah terbesar dalam pekan-pekan terakhir untuk memprotes Pemerintah Brasil yang sedang mempersiapkan diri menjadi tuan rumah penyelenggaraan Piala Dunia yang akan berlangsung tiga minggu lagi dan Olimpiade Musim Panas pada 2016.

"Kami di sini untuk memprotes penyelenggaraan Piala Dunia, juga besarnya uang yang dihabiskan pemerintah, sementara kami tidak mendapat fasilitas rumah, pelayanan kesehatan atau yang lain," kata anggota gerakan, Luiz Giovani.

Aksi ini berlangsung damai ketika massa melewati distrik komersial utama di kota terbesar di Brasil tersebut. Di antara spanduk-spanduk yang dibawa para pendemo, terdapat beberapa tulisan "FIFA Pulanglah" yang merujuk pada badan sepak bola dunia.

Penyelenggaraan Piala Dunia akan menghabiskan pajak yang sudah dibayarkan oleh warga Brasil sebesar 11 miliar dolar AS. Sebelumnya, pada Kamis, para penumpang komuter di Sao Paulo harus menghadapi kemacetan parah yang disebabkan demonstrasi yang dilakukan supir bus sehingga menyebabkan lalu lintas lumpuh.

Protes selama dua hari tersebut telah menyebabkan lebih dari sejuta penumpang terlantar dan mengacaukan lalu lintas di pusat ekonomi Brasil. Bus-bus akhirnya beroperasi kembali setelah pejabat kota dan serikat transportasi mencapai kesepakatan dengan para supir untuk mengakhiri demonstrasi pada tengah malam.

Tetapi para komuter masih harus menghadapi lalu lintas yang macet sepanjang 170 kilometer yang merupakan rekor kemacetan terpanjang pada pagi hari yang sibuk di kota yang berpenduduk 20 juta jiwa ini.

Para supir sepakat melawan serikat pekerjanya sendiri yang sebelumnya telah menyetujui kenaikan gaji sebesar 10 persen setelah berunding dengan manajemen. Namun para supir menginginkan kenaikan gaji yang lebih tinggi.

Brazil menghadapi gelombang protes menjelang Piala Dunia dan pemilihan umum pada Oktober. Polisi, guru dan satpam bank turut serta dalam berbagai aksi massa pada minggu-minggu terakhir. Pekan lalu, lima ribu orang anggota gerakan tuna wisma membakar ban dan melakukan long march ke Corinthians Arena, stadion Piala Dunia di kota tersebut, untuk memprotes besarnya biaya untuk menyelenggarakan ajang itu.

Protes yang sama terjadi pada tahun lalu selama penyelenggaraan Piala Konfederasi yang merupakan pemanasan sebelum Piala Dunia, yang membuat satu juta orang turun ke jalan dan berujung pada kekerasan.

Dua per tiga warga Sao Paulo meyakini penyelenggaraan Piala Dunia lebih banyak memberikan keburukan daripada kebaikan bagi warga Brasil, berdasarkan survei yang dipublikasikan oleh perusahaan survei publik Datafolha. 90 persen masyarakat menyatakan bahwa penyelenggaraan Piala Dunia penuh dengan unsur korupsi.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler