Panser Pun Melindas Total Football
REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Sebelum Jerman (Barat) terpilih sebagai tuan rumah Piala Dunia 1974, ada kejutan dalam tubuh FIFA. Organisasi yang mengelola sepak bola dunia itu untuk kali pertama dinakhodai oleh orang di luar Eropa.
Adalah Joao Havelange yang mengambil alih kendali FIFA. Havelange terpilih setelah dalam persaingan mengalahkan Stanley Rous dari Prancis. Negara-negara dari benua Afrika, Asia, dan Amerika-lah yang banyak mendukung pria asal Brasil tersebut.
Kejutan lain yang muncul di lapangan hijau adalah berkumpulnya Jerman Barat dan Jerman Timur di grup 1. Ketika keduanya bertarung, semangat pantang menyerah justru muncul dari Jerman Timur.
Nama-nama besar yang ada di tim Jerman Barat --Sepp Maier, Berti Vogts, Paul Breitner, Gerd Muller, Uli Hoeness, dan tentu saja ‘sang kaisar’ Franz Beckenbauer-- tak membuat nyali pemain Jertim kecut.
Habis-habisan pemain Jertim menahan gempuran demi gempuran bak gelombang samudera yang membombardir pertahanannya. Dengan palang pintu Kurbyuweit, Waetzlich, dan Kreiche, Jertim begitu sabar meladeni ke mana pun pemain Jerbar bergerak. Jertim bahkan bisa mencuri kemenangan lewat gol tunggal Sparwasser.
Meski berada di urutan kedua grup 1, Jerbar justru kian berkembang tatkala di perempat final yang terbagi dalam dua grup. Mereka membabat Yugoslavia (2-0), Swedia (4-2), dan Polandia (1-0). Tiket ke final pun mereka kantongi.
Lawan Jerbar di final adalah Belanda. Kala itu sepak bola Belanda tengah menjadi idola dunia. Sentuhan pelatih Rinus Michels yang melahirkan konsep bermain total football menjadi ciri khas Belanda yang membedakan dengan tim lain.
Dengan Johan Cruyff memimpin orkestra di lapangan tengah, Belanda memang sangat aduhai melakukan rotasi. Pemain belakang bisa tiba-tiba muncul di depan gawang lawan. Pemain depan bisa pula berubah menjadi palang pintu terakhir.
Posisi di sayap kiri atau kanan pun menjadi tak bermakna karena mereka dapat setiap saat berubah formasi.
Dalam perempat final, Belanda menggusur tim-tim dengan nama besar semisal Brasil (2-0), Argentina (4-0), dan Jertim (2-0).
Dengan kiper yang amat agresif (Jan Jongbloed) dan sederet pemain berkelas --Cruyff, Johan Neskens, Ruud Kroll, Arie Haan, Wim Suurbier, Johni Repp, Rob Resenbrink, dll-- permainan Belanda benar-benar menggiurkan dan menggairahkan untuk ditonton.
Tentu saja semua menjagokan Belanda untuk merengkuh Piala Dunia. Namun, Jerbar rupanya sudah menyiapkan strategi.
Pelatih Helmut Schoen sengaja membiarkan Belanda untuk terus bermain menyerang agar lengah. Setelah itu, pemain Jerbar baru keluar untuk menusuk pertahanan Belanda. Ibarat sebuah panser, tim Jerman seolah lambat panas.
Setelah gol penalti Neeskens menit ke-1 dibalas Breitner (juga penalti), Jerbar mencuri kemenangan lewat si bomber Gerd Muller. Jerbar pun kembali meraih Piala Dunia.