Rumus Sukses Timnas Inggris dari Stephen Hawking
Oleh: Andri Saubani
Stephen Hawking telah memecahkan misteri-misteri terbesar alam semesta sepanjang hidupnya. Diakui sebagai salah satu fisikawan terbesar sepanjang massa yang membuktikan teori-teori Einstein menjadi kenyataan, kini Hawking menghitung cara bagaimana tim nasional (timnas) Inggris meningkatkan peluang mereka untuk juara di Piala Dunia 2014. Dan bukan Hawking namanya kalau berpendapat tanpa rumus matematika.
Gambar di atas adalah formula khusus yang dirumuskan Hawking bagaimana cara Inggris bisa mengangkat trofi Piala Dunia di Brasil.
Rumus itu diramu Hawking setelah menganalisis faktor-faktor yang pernah mempengaruhi timnas Inggris saat menjuarai Piala Dunia 1966 silam. Kondisi-kondisi optimal apa yang diperlukan oleh Steven Gerrard cs? Informasi itu yang disediakan oleh sang profesor.
Hawking mengklaim para pemain Inggris membutuhkan kondisi temperatur laga tertentu di mana peningkatan suhu 5 derajat celcius akan mengurangi peluang kemenangan sampai sekitar 59 persen. Namun, peluang menang bisa meningkat dua kali lipat jika timnas Inggris bermain di lapangan dengan ketinggian kurang dari 500 meter di atas permukaan laut.
Peluang Inggris menang bertambah tiga kali lipat saat memulai laga pada pukul 3 sore waktu setempat. Selanjutnya, peluang itu bisa meningkat menjadi lima kali lipat jika Gerrard dkk menggunakan jersey warna merah (away), warna yang membuat tim lebih merasa percaya diri dan agresif menyerang lawan.
Hawking juga mengungkapkan, formasi 4-3-3 lebih sukses untuk Inggris ketimbang pola tradisional 4-4-2. Perjalanan penerbangan panjang menuju Brasil, kata Hawking, bisa merusak peluang tim hingga 22 persen.
Yang terakhir, suporter the Three Lions harus berharap laga tim kesayangan mereka selalu dipimpin oleh wasit asal Eropa. Soal wasit asal Eropa, presentase kemenangan timnas Inggris mencapai 63 persen, sementara jika dipimpin wasit non-Eropa presentasenya hanya 38 persen.
“Wasit-wasit asal Eropa lebih simpatik terhadap pemain-pemain Inggris dan kurang bersimpati kepada ‘penari balet’ macam Suarez,” kata Hawking, seperti dikutip the Telegraph, pekan lalu.
Hawking memerinci, peluang negara kelahirannya menjuarai Piala Dunia dapat dianalisis lewat pengamatan atas angka statistik lingkungan, psikologis, politik, dan variabel taktik. “Bertolak belakang dengan opini tabloid, kehadiran para Wags adalah tidak relevan,” menurut Hawking.
Di Brasil, Inggris berada di Grup C bersama Italia, Uruguay, dan Kosta Rika. Menurut Hawking, peluang terbesar Inggris ada dalam laga melawan Kosta Rika pada 24 Juni di Belo Horizonte. Adapun laga pembuka grup melawan Italia pada 15 Juni, kata Hawking, menjadi laga terberat skuat Tiga Singa.
Laju timnas Inggris di turnamen besar sering terhenti lewat drama adu penalti, bagaimana soal ini? Hawking mempercayai, kecepatan laju bola adalah kunci. Karenanya, Hawking menyarankan, tiap pemain mengambil tiga langkah ancang-ancang ke belakang sebelum mengeksekusi penalti.
“Tapi kecepatan tak ada artinya tanpa penempatan. Jika saja saya bisa membisikkan hal ini kepada Chris Waddle sebelum dia mengambil penalti pada 1990.” Pojok kiri atau kanan atas gawang, kata Hawking, memiliki tingkat kesuksesan mencapai 84 persen.
Di bawah ini rumus sukses penalti pemain Inggris:
Tapi ternyata bukan Inggris yang dijagokan oleh profesor berusia 72 tahun ini. Menurut Hawking, selain menjadi tuan rumah, secara matematis, Brasil menjadi tim layak menjadi juara dunia.
“Anda pasti seorang yang bodoh jika mengabaikan Brasil. Sang tuan rumah memiliki tingkat kemenangan 30 persen di Piala Dunia dan seperti kita tahu ada keuntungan psikologis signifikan bermain di kandang sendiri.”