Pertarungan Dua Benua

Reuters/Stefano Rellandini
Suporter Timnas Argentina di Piala Dunia 2014 Brasil.
Red: Didi Purwadi

Oleh Satria Kartika Yudha

Piala Dunia (PD) tidak hanya menjadi persaingan antarnegara. Tetapi juga lebih luas menyangkut pertaruhan gengsi antara dua benua, yakni Eropa dan Amerika --khusunya Amerika Selatan. Maklum, kedua benua itu yang selalu menjadi raja di pentas akbar empat tahunan tersebut.

Dari 19 kali perhelatan PD, Eropa masih lebih unggul karena sudah mengoleksi 10 gelar melalui Italia (4), Jerman (3), Perancis (1), Inggris (1), dan Spanyol (1). Sementara Amerika Selatan lebih didominasi Brasil yang mengoleksi lima gelar. Sisanya disumbang Argentina dan Uruguay dengan masing-masing dua gelar.

Maka tak heran pertandingan selalu panas ketika mempertemukan negara asal Eropa dan Amerika Selatan. Bahkan tak jarang menimbulkan kontroversi di akhir pertandingan. Inggris dan Argentina menjadi salah satu contoh persaingan panas itu.

Kedua tim itu pertama kali bertemu pada 1951 pada sebuah pertandingan persahabatan yang berakhir kemenangan 2-1 untuk Inggris. Rivalitas panas Inggris vs Argentina dimulai pada PD 1966.


Inggris yang saat itu menjadi tuan rumah, menyingkirkan Argentina di babak perempat final dengan skor tipis 1-0. Gol kemenangan The Three Lions dicetak Geoff Hurst pada menit ke-71.

Argentina tidak terima dengan kekalahan itu karena menilai gol Hurst tidak sah lantaran offside. Saking kesalnya, gelandang Argentina Antonio Rattin sampai-sampai mengabaikan ajakan bek kanan Alf Ramsey untuk bertukar kostum seusai pertandingan.

20 tahun berselang, tepatnya pada PD 1986 di Meksiko, Argentina membalaskan dendamnya dengan sempurna. Bertemu di perempat final, Argentina menyingkirkan Inggris dengan skor 2-1 lewat gol kontroversial Diego Maradona yang hingga kini dikenal dengan gol "Tangan Tuhan".

Tak berhenti sampai di situ. Tensi tinggi juga berlanjut pada babak 16 besar PD 1998. Diego Simeone melakukan "akting" hingga menyulut emosi David Beckham. Beckham yang kesal dengan sikap berlebihan Simeone ketika dilanggar, menendang pria yang kini menjadi pelatih Atletico Madrid tersebut.

Beckham pun diusir wasit karena terkena kartu merah. Argentina melaju ke perempat final melalui babak adu penalti dengan skor 4-3.

Secara keseluruhan, Eropa memang masih mendominasi dengan raihan 10 gelar. Meski begitu, ada kekhawatiran dari negara-negara Eropa pada Piala Dunia 2014 Brasil. Kekhawatiran itu lantaran ada mitos yang selama ini belum bisa dipecahkan. Hingga kini tim Eropa belum ada yang bisa meraih juara ketika Piala Dunia digelar di benua Amerika.

PD sudah tujuh kali digelar di benua Amerika. Namun dari semua perhelatan itu, selalu tim asal Amerika yang keluar sebagai juara. Pada PD 1994 di Amerika Serikat misalnya, gelar juara jatuh ke tangan Brasil.
 
Tim-tim asal Amerika juga boleh berbangga. Sebab, mereka sudah pernah menjadi juara saat PD digelar di benua Eropa. Yakni pada PD 1958 di Swedia. Brasil merengkuh gelar pertamanya dengan menaklukkan tuan rumah lewat skor 5-2.

Kiper timnas Jerman, Manuel Neuer, angkat bicara mengenai hal itu. Ia pun tidak menampik bahwa ada sebuah mitos tersendiri yang kini menganggu pikiran para pemain tim-tim Eropa untuk bertanding di Brasil yang merupakan benua Amerika Selatan.

"Tim-Tim Amerika Selatan jelas favorit. Mereka lebih diuntungkan karena bermain di wilayah yang sangat mereka pahami," kata Neur dilansir laman resmi FIFA belum lama ini.

Neuer menilai Brasil adalah ancaman terbesar bagi tim-tim Eropa. Selain performa yang  sedang meningkat, Brasil punya kekuatan lain karena suporternya yang sangat gila akan sepak bola. "Tapi Uruguay juga punya kekuatan. Argentina juga tidak boleh dilupakan," ucapnya.

Jerman tergabung di Grup G bersama Portugal, Ghana, dan Amerika Serikat. Neur cukup optimistis timnya bisa berbicara banyak.

"Kami sadar bahwa kami adalah salah satu tim favorit. Namun, semua tim-tim besar punya peluang karena ingin selalu tampil bagus di turnamen besar," kata dia menambahkan.

Striker Uruguay, Diego Forlan, mengatakan faktor geografis memang sangat menentukan. Dia cukup meyakini tim-tim Eropa bakal kesulitan pada PD kali ini karena iklim Brasil yang tidak bersahabat.

"Brasil panas dan lembab, apalagi di bagian utara. Kami sudah terbiasa. bagaimana dengan tim-tim Eropa?," ujar Forlan.



BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler