Menembus Batas, Melawan Lelah

Reuters/Francois Xavier Marit
Timnas Jerman
Red: Didi Purwadi

Oleh: Guntur Cahyo Utomo
Pelatih Mental Tim Nasional U-19

Piala dunia adalah pertempuran semua aspek dalam diri manusia terpilih dalam sepak bola. Dua puluh dua orang yang bermain di lapangan mengeluarkan semua kemampuan terbaiknya sebagai manusia dalam pertandingan yang begitu menguras tenaga, pikiran, dan emosi. Manusia-manusia terpilihlah yang mampu mengatasi betapa beratnya tekanan dalam permainan sepak bola.

Aspek mental yang mencakup elemen tak kasat mata dalam permainan sepak bola memegang peranan yang luar biasa besar. Lebih dari 730 pemain elite dunia yang mempunyai kemampuan di atas rata-rata bertarung demi harga diri pribadi dan bangsa yang mereka bela. Tekanan tidak hanya muncul dari dalam lapangan, tapi muncul juga dari luar lapangan.

Aspek mental dalam sepak bola sebenarnya bukanlah barang baru. Selama ini para pelatih sering kali mengambinghitamkan aspek ini ketika timnya menderita kekalahan. Sebuah aspek yang tak kasat mata, tapi begitu dahsyat dirasakan kehadirannya.


Ketika elemen teknik, skill, dan fisik sepadan, maka yang akan menjadi pembeda adalah elemen taktik yang dipilih pelatih dan elemen mental yang dimiliki oleh para pemain. Aspek mental terkadang masih dianaktirikan, entah karena memang tidak begitu tampak atau memang ketidaktahuan akan bentuknya.

Tapi, di sepak bola level tertinggi seperti Piala Dunia, semua negara pasti telah sadar betul bahwa elemen ini bisa menjadi penentu akhir pertandingan. Mereka pastilah telah bekerja sangat keras untuk membentuk tim yang dihuni oleh para pemain yang mempunyai kekuatan pikiran dan kekuatan emosi yang tertinggi.

Elemen mental sebenarnya akan melekat dalam diri setiap manusia. Setiap gerak, perilaku, tindakan, dan juga perbuatan didasari oleh alasan tidak tampak mata bernama motivasi. Ketakutan, keraguan, serta hilangnya perhatian pada apa yang dikerjakan adalah bagian utama dari mental dalam sepak bola.

Bayangkan jika seorang pemain yang sedang bermain tapi pikirannya dikuasai oleh ketakutan pada situasi penonton. Kita ingat betul bagaimana Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan, banyak pemain yang mengeluhkan suara vuvuzela yang memekakkan telinga. Konsentrasinya sontak hilang begitu saja begitu stadion penuh oleh suara yang setara dengan bunyi jet pesawat terbang.

Mental mencakup bagaimana pemain mampu mengelola pikiran mereka ketika menjalani pertandingan atau ketika sedang mengikuti sebuah kompetisi. Daya juang prima, konsentrasi tingkat utama, serta keyakinan pada diri yang sempurna akan memberikan tambahan tenaga yang berlipat.

Kemampuan-kemampuan mental tersebut akan berpadu dengan proses latihan sepak bola yang berlangsung bertahun-tahun dengan benar dan akan menghasilkan sesosok pemain yang siap menghadang semua masalah yang muncul di lapangan.

Selain aspek pikiran, elemen mental juga mencakup bagaimana seorang pemain mampu untuk menggerakkan tubuhnya secara otomatis bereaksi terhadap kondisi yang muncul. Permainan sepak bola pada hakikatnya adalah proses pengambilan keputusan atas persoalan yang muncul seketika di situasi permainan.

Pemain harus mengatasi lawan yang datang ingin merebut bola, atau bagaimana pemain itu harus bereaksi ketika lawan menguasai bola. Situasi-situasi berukuran sepersekian detik harus diselesaikan saat itu juga dengan tepat. Di sinilah letak otomatisasi teknik dan skill dasar permainan.

Di saat yang bersamaan, mereka harus berpikir bagaimana mencari celah agar mampu mencapai tujuan mencetak gol dengan mudah. Situasi-situasi tersebut memunculkan tekanan yang luar biasa di kepala para pemain. Otomatisasi gerak yang harus diambil oleh para pemain merupakan bentuk ketidaksadaran motorik yang terbentuk dari hasil latihan bertahun-tahun.

Pemain top level dunia tentu saja telah melalui berbagai macam latihan yang membuat tubuh mereka mempunyai simpanan ingatan motorik yang dibutuhkan untuk mengambil keputusan dengan benar. Tapi, terkadang ketidaksadaran motorik ini terhambat oleh blocking-blocking mental yang lain. Ketakutan, rasa khawatir, atau persoalan-persoalan di luar permainan menghambat ingatan motorik untuk termanifestasi dengan benar. Akibatnya, semua gerak motorik menjadi terhambat dan pengambilan keputusan menjadi melemah.

Oleh karena itulah, para pemain harus benar-benar memusatkan pikirannya hanya untuk sepak bola dan mengelola pikiran lain agar tidak mengganggu munculnya ketidaksadaran motorik tersebut. Pelatih harus mampu menghadirkan suasana tim yang rileks dan nyaman tanpa menghilangkan kewaspadaan. Tekanan dari luar pertandingan harus dikelola dengan bijaksana agar tidak membawa dampak yang mengecewakan di akhir laga.

Para pemain top dunia tentu saja telah melewati banyak tekanan yang tidak kalah tingginya. Mereka selalu hidup dalam tekanan yang konstan di hampir setiap minggunya. Pertandingan-pertandingan ketat di liga yang mereka jalani serta persoalan-persoalan kebintangan yang terkadang membayangi telah menempa mereka. Mereka seharusnya sudah mampu untuk mengelola pikiran mereka secara hebat akibat dari tempaan tersebut.

Kemampuan-kemampuan itulah yang kemudian menjelmakan mereka menjadi pemain top elite dunia. Tidak hanya aspek fisik, mental, atau taktikal dalam kualitas prima, tapi bagaimana mereka mampu mengelola pikiran mereka dan mampu memunculkan ketidaksadaran-ketidaksadaran motorik mereka pada saat yang dibutuhkanlah yang akan menjadi penentu bagaimana mereka akan bermain di lapangan.

Terakhir, elemen mental tidak datang tiba-tiba. Kekuatan mental harus melalui proses yang panjang dan sistematis. Tidak ada satu pun pemain di dunia yang hebat begitu saja. Mereka pasti melalui tempaan yang panjang dan melelahkan.

Mereka telah melampaui batasan sebagai manusia biasa, mereka telah melawan kelelahan yang biasa mendera tubuh manusia normal. Mereka adalah orang-orang terpilih yang mampu melawan semua rasa takut atas yang muncul dari kehidupan ini. Bravo sepak bola.


BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler