Perbedaan Data Pangan Harus Disudahi

Data internal pemerintah harus disinkronkan

Republika/ Wihdan
Stock Beras Jakarta. Pekerja mengemas beras di Gudang PT Food Station Tjipinang Jaya, Jakarta, Rabu (16/5).
Red: Friska Yolanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua DPR RI Taufik Kurniawan meminta permasalahan perbedaan data pangan yang dimiliki berbagai pemangku kepentingan di pemerintahan harus segera disudahi. Menurutnya, hal ini harus segera diatasi agar terdapat acuan yang tepat dan sama dalam mengambil suatu kebijakan terkait stok dan kebutuhan pangan.
Hal ini dikatakan Taufik menyusul rencana impor 500 ribu ton beras yang akan dilakukan oleh Kementerian Perdagangan dalam waktu dekat ini. Padahal sebelumnya, pemerintah sudah mengimpor beras 500 ribu ton pada Januari 2018. Di sisi lain, data dari Kementerian Pertanian menunjukkan saat ini stok beras surplus. Bahkan, komoditas beras premium dan jagung diklaim telah diekspor.
“Ini menjadi pertanyaan besar. Kementan mengakui stok beras surplus, tapi Kemendag bilangnya kurang, jadi perlu impor. Perbedaan data ini harus disinkronkan, jangan ada perbedaan data lagi. Kalau memang stok beras surplus, seharusnya tak perlu impor,” tegas Taufik di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa (22/5).
Taufik mendorong, transparansi data pangan nasional itu harus dibuka dan disinkronkan. Jangan seolah malah ada perang data antarinstitusi, seperti Kementerian Pertanian, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, hingga Perum Bulog.
“Data dari internal pemerintah sebaiknya disinkronkan dulu. Jangan karena perbedaan data, tiba-tiba langsung ambil kebijakan impor. Kalau stok surplus, pakai stok yang ada, dan serap gabah dari petani kita. Kalau selalu impor, yang kasihan juga petani. Harga gabah juga akan terus turun, yang jadinya kesejahteraan petani juga tidak tercapai,” kata politisi PAN itu.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Perum Bulog menyatakan stok komoditas strategis pangan, khususnya beras terbilang cukup dan aman untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menjelang Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri 2018.
Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Perum Bulog Karyawan Gunarso, Jumat (11/5) lalu menjelaskan, stok beras saat ini sebesar 1,2 juta ton terdiri atas 1,050 juta ton cadangan beras pemerintah (CBP) dan sisanya beras untuk komersial Bulog.
Sementara itu, Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan menyebutkan pemerintah akan kembali membuka keran impor beras 500 ribu ton. Kementerian Perdagangan pun memberikan batas impor kepada Perum Bulog sepanjang April-Juli 2018. Izin impor beras tahap kedua, kata Oke, dikeluarkan saat rapat koordinasi terbatas di Kementerian Koordinator Perekonomian.


BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler