Trivela yang Antarkan Quaresma Jadi Pahlawan Portugal
Quaresma menaklukkan Beiravand menggunakan teknik trivela dari jarak jauh.
REPUBLIKA.CO.ID, MORDOVIA -- Iran berhasil meredam gerakan superstar Portugal Cristiano Ronaldo saat bertanding di Stadion Mordovia, Selasa (26/6) dini hari WIB. Tim polesan mantan pelatih Portugal, Carlos Queroz, tak membiarkan CR7 bebas menjebol gawang mereka yang dijaga Alireza Beiravand. Bahkan eksekusi penalti Ronaldo pun dapat digagalkan sang kiper.
Namun Portugal tetap bisa memetik satu angka yang memastikan mereka lolos ke 16 besar Piala Dunia 2018 sebagai runner-up Grup B setelah bermain imbang 1-1. Alternatif yang menjadi andalan pelatih Fernando Santos untuk mencetak gol adalah pemain gaek Ricardo Quaresma. Gelandang klub Turki Besiktas itu mencetak satu gol yang membawa Selecao unggul lebih dulu pada pengujung babak pertama.
Quaresma mengeluarkan jurus andalannya, yakni menendang bola dengan sisi luar sepatu sehingga si kulit bergerak melengkung. Teknik ini dikenal dengan nama trivela. Quaresma menaklukkan Beiravand menggunakan teknik trivela dari jarak jauh dengan indah.
Kontribusi pemain 34 tahun itu tak hanya sumbangan satu gol. Quaresma juga menjadi motor serangan Portugal melawan Iran. Bekas pemain Barcelona, Chelsea dan Inter Milan itu jadi lebih bebas bergerak di posisi sayap kanan.
Quaresma mendapat ruang yang lebih longgar karena Iran lebih fokus menjaga Ronaldo. Iran tak mau Ronaldo yang sudah mencetak empat gol di Piala Dunia 2018 menambah koleksinya.
Quaresma hanya main sampai menit 70 melawan Iran. Ia ditarik keluar dan digantikan Bernardo Silva. Walau tak main penuh, FIFA tetap menobatkan Quaresma sebagai bintang laga (man of the match).
"Saya kira kami melakukannya dengan saat baik," kata Quaresma setelah menerima trofi man of the match pada konferensi pers seusai laga, dikutip Sky Sports. "Kami telah mencapai target dan sekarang harus memulihkan diri dalam beberapa hari ke depan untuk memikirkan pertandingan selanjutnya."
Sanjungan kepada Quaresma datang dari banyak pihak melalui media sosial. Sebab, ia menjalani laga pertama sebagai starter dan mencetak gol perdananya di Piala Dunia pada usia 34 tahun. Terlebih, golnya membantu Portugal lolos. Ia dianggap salah satu contoh untuk tidak pernah menyerah menggapai mimpi terlepas dari usia yang tak lagi muda.