Kejutan Dahsyat Kamerun dan Tarian Roger Milla

The Indomitable Lions menjadi tim Afrika pertama yang lolos hingga perempat final.

Roger Milla
Rep: Frederikus Bata Red: Israr Itah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jerman tersingkir dari Piala Dunia 2018 menjadi sorotan terbesar di Rusia. Berstatus sebagai juara bertahan, para pemain Die Mannschaft harus mengepak kopr lebih cepat setelah kalah bersaing dari Meksiko dan Swedia pada fase grup. Lebih tragis, Jerman menduduki posisi juru kunci Grup F setelah dikalahkan Korea Selatan 0-2.


Cerita lain yang juga jadi buah bibir adalah kegagalan wakil Afrika melaju. Sejak Piala Dunia 1986 di Meksiko, selalu ada wakil Afrika yang setidaknya mampu menembus babak 16 besar. Bahkan, ada yang sampai menembus perempat final, prestasi terbaik sejauh ini. 

Bicara konsistensi dan prestasi wakil Afrika di Piala Dunia tak bisa dilepaskan dari Kamerun. The Indomitable Lions menjadi tim Afrika pertama yang lolos hingga perempat final. Sejarah ini dicatatkan pada Piala Dunia 1990 yang berlangsung di Italia. Kamerun membuka mata dunia bahwa Afrika tak bisa dipandang sebelah mata sebagai salah satu kekuatan sepak bola dunia. 

Kisah Kamerun sudah dimulai sejak partai perdana mereka pada 8 Juni 1990. Menghadapi juara bertahan Argentina, Roger Milla dan rekan-rekan menang 1-0. Gol semata wayang Francois Omam-Biyik, tak mampu dibalas para penggawa La Albiceleste.

Laga di Stadion San Siro itu, menghentak dunia. Kamerun dengan bermaterikan pemain ala kadar menumbangkan Diego Maradona cs. Sang ikon tim Tango dan Napoli dengan sportif memuji kinerja wakil Afrika ini.

"Saya tidak bisa membuat alasan. Jika Kamerun menang, itu karena mereka tim yang lebih baik," kata Maradona.

Manilik dari kekuatan The Indomitable Lions saat itu. Sebanyak 11 dari 22 pemain, berlaga di liga lokal dan divisi rendah di Prancis. Hanya kiper Thomas N'Kono yang memperkuat RCD Espanyol, terbiasa tampil di level tinggi.

Bergabungnya Roger Milla saja, atas andil Presiden Paul Biya. Sebelumnya, Milla sudah gantung sepatu. Mila kembali ke skuat Kamerun pada Piala Dunia 1990 dalam usia 38 tahun. 

Pelatih Nepomniachi berasal dari klub antah berantah. Sebelum mengarsiteki Milla cs, sang juru taktik membesut klub Turkmenistan di Divisi Tiga Rusia. Saat melakukan persiapan di Bourdeaux, Kamerun beberapa mengalami kekalahan menghadapi klub-klub kurang mentereng.

Tapi di Italia, semua terkejut oleh aksi mereka. Saat menumbangkan Argentina, Kamerun bahkan menyelesaikan laga dengan 10 orang lantaran Andre Kana Biyik diusir wasit. Pada pertandingan lanjutan, anak-anak Afrika menang atas Rumania, 2-1. 

Meski pada laga terakhir kalah 0-4 dari Uni Soviet, The Indomitable Lions tetap melaju ke babak 16 besar sebagai juara Grup B. Pada fase tersebut, Kamerun melanjutkan tren positif. Pasukan Nepomniachi menyisihkan Kolombia. Setelah bertarung sengit, para Singa Afrika menang 2-1 lewat perpanjangan waktu. 

Langkah Kamerun akhirnya terhenti di perempat final. Singa Afrika dihentikan dengan susah payah oleh Singa Eropa, Inggris. The Three Lions harus melakoni babak perpanjangan waktu sebelum menang 3-2. 

Kendati ditumbangkan Inggris, Kamerun sudah menorehkan sejarah manis. Kenangan seputar aksi heroik mereka terus diulas hingga kini. Satu yang tak ketinggalan, selebrasi gol Milla dengan goyangan pinggul khas di sudut lapangan. Tarian khas pemain yang pernah merumput di Liga Indonesia ini abadi. Sejak aksi Milla yang masyhur, sejumlah aksi selebrasi gol yang unik kemudian hadir dalam penyelenggaraan Piala Dunia selanjutnya.

"Tidak ada yang mengira kami bisa melakukan apa pun untuk melawan Maradona, tetapi kami tahu kami bisa. Kami benci ketika reporter Eropa bertanya apakah kami makan monyet dan memiliki dukun. Kami adalah pemain sepak bola sungguhan dan kami membuktikannya," ujar Omam-Biyik.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler