Lengsernya Turki Utsmani dan Munculnya Mustafa Kemal

Turki Utsmani merupakan sebuah kekhalifahan yang sangat kuat dalam sejarah Islam.

Hurriyet
Lengsernya Turki Utsmani dan Munculnya Mustafa Kemal. Pasukan Ottoman, Turki.
Rep: Kiki Sakinah Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Turki Utsmani merupakan sebuah kekhalifahan yang sangat kuat dalam sejarah Islam. Kerajaan Turki Utsmani kala itu menguasai semenanjung Arab hingga Asia Selatan. Dinasti Turki Utsmani berkuasa cukup lama, yakni sekitar 625 tahun. 

Turki Utsmani pernah berjaya di bawah pimpinan Sultan Mehmet II yang dikenal dengan sebutan al-Fatih (sang penakluk). Sebab di masanya, pemerintahan Islam berhasil menguasai Konstantinopel, kota yang paling tak tertembus di dunia kala itu.

Mulanya, kota Konstantin dikenal sebagai Byzantium. Pada usia 1.000 tahun saat Konstantin Agung menjadikannya ibu kota Kekaisaran Romawi pada 330 M, kota itu dinamai Konstantinopel. Namun, pada 1453, bangsa Turki di bawah kepemimpin Sultan Mehmet II menguasai Konstantinopel dan menjadikannya ibukota Kekaisaran Utsmani dengan namanya Istanbul.

Ottoman kemudian mencapai puncak kejayaannya pada masa Khalifah Sulaiman al-Qanuni sepanjang abad ke-16 dan 17. Al-Qanuni sendiri bermakna sang pemberi hukum.

Ia memerintah antara 1520-1566 M. Pada saat itu, Turki Utsmani dinobatkan sebagai pemilik kekuatan tempur terbesar di dunia.

Di masanya, Kekaisaran Ottoman menjadi imperium multinasional dan multibahasa yang mengendalikan sebagian besar Eropa Tenggara, Asia Barat/Kaukasus, Afrika Utara, dan Tanduk Afrika. Sulaiman I juga merupakan pemimpin Utsmaniyah yang berkuasa paling lama. 

Baca Juga


Di masa setelah kepemimpinan Sultan Murad III (1573-1596 M), kerajaan Turki Utsmani mengalami penurunan kekuasaan. Para sultan disebut lebih suka bersenang-senang sehingga melupakan kepentingan perjuangan umat Islam.

Mengutip Betty Mauli Rosa Bustam dan tim dalam buku berjudul Sejarah Sastra Arab dari Beragam Perspektif setelah penaklukan Konstantinopel, Turki dipimpin oleh sultan-sultan yang lemah. Selain itu, pemerintahan pada masa Turki Utsmani tidak menaruh perhatian terhadap segala hal yang berkaitan dengan Arab yang menjadi wilayah kekuasaannya.

Namun, pemerintahan Turki Utmani justru menerapkan kebijakan Turkisasi, yaitu menanamkan pengaruh Turki di setiap wilayah kekuasaannya. Misalnya, penerapan bahasa dan tradisi Turki.

Dinasti Turki Utsmani sendiri kemudian dapat diserang oleh tentara Eropa, seperti Inggris, Prancis, dan Rusia. Sehingga, kekuasaannya kian melemah dan beberapa negeri kekuasaannya memisahkan diri.

Sultan Mehmed VI (1918-1922) merupakan sultan Utsmaniyah terakhir, saat Kesultanan Utsmaniyah dibubarkan pada 1922. Pada November 1922, Dewan Tertinggi Nasional di Ankara menjadikan Turki sebagai negara republik dan melengserkan Sultan-Khalifah Muhammad VI, dan mengangkat saudara sepupunya, Abd al-majid, sebagai khalifah. Namun, al-Majid tidak menduduki jabatan sultan.

Sehingga pada 1924, kekhalifahan Utsmani akhirnya dibubarkan. Pada tahun tersebut, kekhalifahan diganti dengan Republik Turki, dengan Mustafa Kemal menjadi pemimpin yang digelari Attaturk (Bapak Turki). Dengan pendirian Republik Turki modern itu, ibu kota kemudian pindah ke Ankara.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler