Inggris Prediksi 10 Ribu Warganya Tertular Virus Corona
Inggris meningkatkan respons cepat terhadap pandemi virus corona.
REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pejabat London menyebut lebih dari 10 ribu orang di Inggris kemungkinan telah terinfeksi virus corona. Hal itu diungkapkan ketika Pemerintah Inggris meningkatkan respons terhadap pandemi dengan tindakan baru guna menangkal penyebaran.
Kepala penasihat ilmiah Pemerintah Inggris, Patrick Vallance, menyebut, jumlah sebenarnya infeksi corona berkisar antara 5.000 dan 10 ribu. Angka prediksinya berkali-kali lebih tinggi dari angka 590 kasus saat ini.
"Kami berada dalam periode ketika negara memiliki kasus beberapa, tetapi belum hilang," kata dia.
Pemerintah Inggris telah merespons cepat terkait penangkalan wabah corona. Siapa pun orang yang menunjukkan gejala pilek atau batuk diimbau untuk mengisolasi diri di rumah masing-masing selama tujuh hari mulai Jumat dan seterusnya. Orang yang memiliki gejala tersebut kemudian harus tinggal setidaknya dua meter atau sekitar tiga langkah jauhnya dari orang lain, tidur sendirian, dan meminta bantuan untuk mendapatkan hal-hal yang dibutuhkan di luar.
"Tinggal jauh dari individu yang rentan seperti orang tua dan orang-orang dengan kondisi kesehatan yang mendasarinya sebanyak mungkin," kata imbauan pemerintah dikutip laman Independent, Jumat (13/3).
Setiap sekolah di Inggris juga telah diperintahkan untuk membatalkan semua perjalanan ke luar negeri. Sementara itu, orang lanjut usia atau mereka yang memiliki kondisi kesehatan bawaan disarankan untuk tidak naik kapal pesiar. Namun demikian, acara olahraga masih akan berlangsung, dengan para penggemar diizinkan masuk ke stadion.
Peringatan oleh Vallance tersebut muncul ketika Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson berupaya mempersiapkan masyarakat untuk masa-masa sulit karena wabah corona. "Ini adalah krisis kesehatan masyarakat terburuk untuk satu generasi," kata dia.
"Karena kurangnya kekebalan, penyakit ini lebih berbahaya dan itu akan menyebar lebih jauh," ujarnya menambahkan.
Vallance mengatakan, Inggris berada sekitar empat pekan di belakang Italia. Dia juga mengabaikan larangan terbang seperti yang diberlakukan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Larangan menyeluruh atas penerbangan dari China dan pemberlakuan skrining di bandara pada awal wabah, menurut Vallance, telah melindungi Inggris satu atau dua hari. "Sudah terlambat sekarang. Hal-hal ini terdengar hebat, tetapi tidak selalu berhasil," kata dia.