Imam Besar Istiqlal Minta tak Politisasi Corona

Imam besar Istiqlal mengajak menjaga daya tahan tubuh dalam menghadapi corona.

CDC via AP, File
Ilustrasi virus corona dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat.(CDC via AP, File)
Red: Indira Rezkisari

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Imam Besar Masjid Istiqlal Nazaruddin Umar menegaskan, penyakit saluran pernapasan yang disebabkan virus corona jenis baru (Covid-19) bukanlah azab dari Tuhan. Nazaruddin pun mengajak masyarakat untuk tidak memolitisasi wabah corona.

"Tapi, satu poin yang ingin saya garis bawahi bahwa virus ini tidak ada kaitannya dengan kebijakan. Jangan dipolitisir lah. Saya ingin mengatakan bahwa dalam hadit Nabi, azab sudah tidak ada lagi setelah doa Rasulullah dikabulkan," kata Nazaruddin selepas menemani Presiden Joko Widodo melihat penyemprotan disinfektan di Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (13/3).

Pembersihan dimulai sekitar pukul 09.10 WIB di ruang shalat utama masjid. Sekitar 15 orang petugas pembersihan merupakan gabungan dari PMI, TNI, dan pihak kepolisian yang seluruhnya menggunakan baju pelindung.

Presiden Jokowi melihat pembersihan itu didampingi Menteri Agama Fachrul Razi, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Menteri BUMN Erick Thohir, serta Imam Besar Masjid Istiqlal Nazaruddin Umar.

"Yang muncul nanti musibah dan bala. Dalam Alquran ada musibah, ada bala, ada azab. Azab sudah tidak ada lagi. Yang ada hanya musibah. Kalau azab hanya menimpa orang kafir, tidak menimpa orang beriman. Tapi, kalau musibah, dua-duanya kena. Siapa yang lengah, kena, sama dengan bala," kata Nazaruddin menabahkan.

Artinya, Nazaruddin meminta agar umat Muslim tidak menilai bahwa penyebaran Covid-19 sebagai suatu azab. "Definisi azab dalam Alquran diciptakan kepada umat terdahulu. Doa Rasulullah inilah yang kita bersyukur kepada Nabi, tidak akan ditimpakan azab lagi kepada umat. Ini ada hadisnya," kata Nazaruddin menegaskan.

Unuk menghadapi mewabahnya Covid-19, menurut Nazaruddin, yang dibutuhkan bukan hanya daya tahan fisik, melainkan juga daya tahan batin dan mental.

"Daya tahan fisik, daya tahan batin, dan daya tahan mental. Ketiga konsep daya tahan ini akan kita terapkan. Bagaimana Nabi mencegah penyakit menular, bagaimana Nabi mencegah epidemi pandemi, bagaimana Alquran memperkenalkan kasus-kasus yang melanda umat sebelumnya," ungkap Nazaruddin.

Untuk menjaga daya tahan fisik, Nazaruddin mengimbau jamaah yang berkunjung ke Masjid Istiqlal membawa persiapan pribadi. "Kami imbau kepada seluruh jamaah Masjid Istiqlal untuk membawa persiapan lain karena kita tidak siapkan karpet. Mungkin bawa sajadah masing-masing. Pada saat buka puasa, kami akan siapkan. Biasanya 3.000-4.000 orang yang berbuka puasa di sini," kata Nazaruddin.

Persiapan lain untuk pelaksanaan Tarawih pada bulan Ramadhan. "Insya Allah di bawah kontrol pihak terkait, nanti ada iktikaf. Tiga tahun terakhir lebih banyak yang datang dibanding Tarawih. Insya Allah kami antisipasi. Sepuluh hari terakhir Ramadhan mudah-mudahan tidak akan ada kejadian istimewa. Insya Allah Istiqlal dan masjid lain bisa aman," ungkap Nazaruddin.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah resmi menyatakan Covid-19 sebagai pandemi karena telah menjangkiti 134.679 orang di seluruh dunia dengan 69.142 orang dinyatakan sembuh dan 4.973 orang mengalami kematian. Dalam dua pekan terakhir terjadi peningkatan jumlah kasus di luar China hingga 13 kali lipat dengan jumlah negara terdampak yang meningkat drastis. Di Italia terdapat 15.113 kasus dan 1.016 kematian. Di Iran ada 10.075 kasus dan 429 kematian. Sementara itu, di Korea Selatan ada 7.979 kasus dan 67 kematian.

Di Indonesia, pemerintah menyatakan 34 orang positif terjangkit Covid-19, sedangkan ada 12 orang masuk dalam kategori pasien dalam pengawasan (PDP). Hingga sekarang telah ada 5 orang yang sembuh dari Covid-19 di Indonesia. Di Jepang, 9 WNI dari ABK Dream World dinyatakan sudah sembuh semua.

Baca Juga


sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler