Palestina Tangguhkan Kegiatan Ibadah di Masjid dan Gereja
Kementerian Agama Palestina meminta warga beribadah di rumah.
REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Otoritas Palestina (PA) mengeluarkan kebijakan penangguhkan ibadah di masjid dan gereja di Tepi Barat, Sabtu (14/3). Kebijakan ini dilakukan untuk mencegah penyebaran virus corona baru.
Sejalan dengan tujuan tersebut, Penguasa Hamas Gaza mengatakan semua kantong atau pintu penyeberangan perbatasan akan ditutup bagi warga yang akan melakukan perjalanan. Kementerian Urusan Agama PA meminta warga Palestina untuk beribadah di rumah.
"Mengingat rekomendasi Kementerian Kesehatan untuk meminimalkan kontak antara orang-orang dan mengurangi pertemuan sebanyak mungkin, kami menyerukan umat Muslim kami di Palestina untuk shalat di rumah," kata Kementerian Urusan Agama, Ahad (15/3).
Di wilayah Ramallah, seorang muadzin melafalkan panggilan untuk shalat atau azan di salah satu masjid pada sore hari dengan menambahkan kata-kata, "Shalat di rumah, shalat di rumah."
Pekan lalu, Middle East Eye melaporkan Otoritas Palestina menyatakan keadaan darurat di Tepi Barat dan mengunci (lockdown) Betlehem setelah tujuh kasus virus corona baru dikonfirmasi di kota itu. Menurut pejabat kesehatan Palestina, 38 kasus virus corona sekarang telah dikonfirmasi di Tepi Barat yang diduduki, di mana Palestina memiliki pemerintahan sendiri yang terbatas di bawah Otoritas Palestina. Tidak ada kasus posoif yang dilaporkan berada di Jalur Gaza yang berpenduduk padat, yang dikendalikan oleh Hamas.
Pemerintah yang dipimpin Hamas mengatakan menutup penyeberangan perbatasan Gaza dengan Israel dan Mesir untuk perjalanan. Ketentuan ini tidak termasuk untuk kasus-kasus yang mengancam jiwa yang memerlukan perawatan medis di luar kantong. Apabila ada pertemuan, akan dibatasi hingga 100 orang dan sekolah-sekolah harus ditutup hingga Maret.
Mengutip alasan keamanan, Israel dan Mesir menjaga Jalur Gaza di bawah blokade dengan kontrol ketat atas pergerakan lintas perbatasan perbatasan mereka. Otoritas agama sejauh ini membuat kebijakan Masjid Al Aqsha di Yerusalem, yang merupakan situs paling suci Islam, terbuka untuk shalat.
Dewan yang ditunjuk Yordania untuk mengawasi situs-situs Islam di kompleks suci Yerusalem membuat keputusan tetap mengizinkan shalat Jumat. Dewan juga mendorong umat Muslim untuk berkumpul di halaman luar kompleks seluas 35 hektare, daripada di dalam ruangan tertutup.
Dewan Wakaf meyakinkan jamaah dalam sebuah pernyataan minggu ini, seluruh kompleks, termasuk kubah emasnya dari kuil Batu, sedang disterilkan terus menerus. Di Israel, 164 kasus virus korona telah dikonfirmasi. Pertemuan dibatasi hingga 100 orang saja. Beberapa otoritas keagamaan di Tanah Suci, termasuk Patriarkat Latin Yerusalem, telah bergerak untuk menerapkan kontrol kerumunan di tempat-tempat ibadah.
Mesir akan menangguhkan sekolah dan universitas selama dua pekan mulai 15 Maret. Di antara negara-negara Teluk Arab, Arab Saudi dan Kuwait mengambil keputusan paling drastis dengan membatalkan semua penerbangan internasional.
Shalat Jumat umumnya wajib bagi pria berbadan sehat dalam Islam, tetapi Saudi mengatakan mereka yang dikarantina dan mereka yang takut terinfeksi atau menginfeksi orang lain tidak perlu hadir. Pakistan juga telah menutup sekolah dan perbatasan daratnya. Mereka juga memutuskan untuk membatasi penerbangan internasional dan mencegah pertemuan besar.