Italia Turunkan Dokter Pensiun Tangani Virus Corona

Lombardy di Italia utara imbau dokter pensiun kembali bekerja bantu atasi corona

Angelo Carconi/EPA
Petugas medis berjalan di Roma saat Italia tengah dilanda virus corona. Lombardy di Italia utara imbau dokter pensiun kembali bekerja bantu atasi corona. Ilustrasi.
Rep: Dwina Agustin Red: Christiyaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, ROMA -- Wilayah utara Lombardy, Italia mengimbau dokter dan perawat yang baru pensiun untuk kembali bekerja, Rabu (18/3). Keputusan ini dilakukan dalam upaya membantu petugas media yang kewalahan oleh krisis penyebaran virus korona.

"Saya menghimbau dengan tulus semua dokter, perawat, dan tenaga medis yang telah pensiun dalam dua tahun terakhir untuk membantu kami dalam keadaan darurat ini," kata Gubernur Lombardy Attilio Fontana.

Italia adalah negara yang paling parah terkena dampak virus corona di luar China. Italia mencatatkan 2.503 orang meninggal dan 31.506 kasus telah dikonfirmasi sejak 21 Februari. Dari total jumlah tersebut, sekitar 65 persen kematian yang terjadi di Lombardy dengan kapasitas rumah sakit sedang dalam titik puncak.

Kapasitas yang berlebih ini menjadi lebih berat dengan kondisi dokter, perawat, dan penjaga rumah sakit yang ikut jatuh sakit, bahkan beberapa meninggal. Kelompok penelitian Yayasan Gimbe mengungkapkan, data yang dipasok oleh otoritas kesehatan nasional Italia menunjukkan antara 11-17 Maret sekitar 2.529 petugas kesehatan telah dites positif terkena virus corona. Jumlah itu menyumbang 8,3 persen dari total kasus secara nasional.

Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah pun meminta bantuan dari dokter dan perawat yang pensiun. Fontana mendesak staf di fasilitas medis swasta dan spesialis pertolongan pertama untuk melangkah maju.

Saat ini wilayah tersebut sedang bergegas untuk mengubah pusat pameran Fiera Milano menjadi rumah sakit darurat. Pengalihfungsian ini akan menambah tempat tidur perawatan intensif yang sangat dibutuhkan.

Italia punya kebutuhan mendesak akan lebih banyak staf medis. Sebelumnya pemerintah telah mengumumkan ada 10 ribu mahasiswa kedokteran yang siap melayani sembilan bulan sebelum kelulusan. Pemerintah membatalkan ujian akhir mereka dalam upaya menerjunkan untuk merawat orang sakit di rumah.

Pejabat memperingatkan jika insiden kasus baru tidak melambat, mereka mungkin harus memperpanjang karantina yang belum pernah terjadi sebelumnya. Pemerintah sudah memerintahkan restoran, bar, dan sebagian besar toko tutup hingga 25 Maret.

Selain itu, pemerintah juga menutup sekolah dan universitas serta menyuruh semua orang tinggal di rumah kecuali benar-benar penting sampai 3 April. Sejak pembatasan ditingkatkan pada 12 Maret, jumlah kasus baru meningkat lebih dari dua kali lipat. Sementara kematian meningkat lebih dari tiga kali lipat.

"Saya tidak tahu apakah langkah-langkah akan diperpanjang melampaui 3 April. Kami akan membuat keputusan berdasarkan jumlah dan peristiwa. Saya tidak bisa mengesampingkannya. Kami akan melihat dalam beberapa hari mendatang," kata Menteri Infrastruktur Paola De Micheli.

Pembatasan yang lebih keras mungkin diperlukan jika situasinya tidak membaik dan mengatakan terlalu banyak orang menentang penguncian. Angka infeksi terus meninggi, bukan malah menurun.

Pemerintah  meminta warga untuk tinggal di rumah dan menghindari keramaian. Akan sangat berbahaya untuk diri sendiri dan nyawa orang lain ketika meninggalkan rumah.

Selain Italia, Iran pun menjadi negara yang terpukul keras akibat penyebaran virus corona. Jumlah kematian Iran akibat virus corona naik menjadi 1.192 dengan 147 kematian baru dalam 24 jam terakhir. Pejabat Kementerian Kesehatan mengatakan jumlah total orang yang terinfeksi di seluruh negeri telah mencapai 17.361 dan jumlah meninggal mencapai 1,135 orang, Rabu (18/3).

Baca Juga


BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler