Keistimewaan Buraq, Hewan Tunggangan Rasul Saat Isra Miraj

Buraq memiliki kecepatan cahaya.

wikipedia
Keistimewaan Buraq, Hewan Tunggangan Rasul Saat Isra Miraj. Penggambaran Buraq yang berasal dari Mughal (India) pada abad ke-17.
Rep: Zahrotul Oktaviani Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam setiap kisah yang diceritakan perihal Isra Miraj, selalu terselip gambaran tentang bagaimana Nabi Muhammad SAW melakukan perjalanan bersama Malaikat Jibril menggunakan Buraq.

Dalam karya Biografi Nabi Muhammad SAW karya Ibnu Ishaq, disebutkan, "Suatu malam, Malaikat Jibril membawa Muhammad naik kendaraan samawi yang disebut Buraq; kemudian, Muhammad mengadakan perjalanan bersama Jibril, dan dalam peristiwa Isra ini, kepada Nabi SAW diperlihatkan pelbagai keajaiban di langit dan di bumi, dalam perjalanan ke Yerusalem."

Sementara dalam karya milik Annemarie Schimmel berjudul, Dan Muhammad Adalah Utusan Allah Cahaya Purnama Kekasih Tuhan, mengutip Mi’rajiyye karya Ghanizade asal Turki abad ke-17, menggambarkan sosok Buraq sebagai seekor binatang berkaki empat yang lebih besar dari seekor keledai dan lebih kecil dari seekor kuda, dengan sangat menarik.

Para penyair gemar melukiskan makhluk ini, sebagai hal diciptakan dari cahaya, dengan kepala seorang perempuan dan ekor burung merak. Ia dengan cepat membawa Nabi melewati berbagai macam galaksi, dan semua malaikat menyalaminya dengan penuh takzim, memuji, dan takjub.

Banyak hadits dan literatur yang menggambarkan makhluk tersebut. Yang paling menakjubkan mengenai makhluk tunggangan Nabi SAW tersebut adalah kecepatannya yang seperti kilat. Kecepatannya bahkan tidak dapat dijangkau oleh akal sehingga Buraq termasuk salah satu tanda kebesaran Allah SWT.

Buraq berasal dari kata 'barqu' yang memiliki arti kilat. Jika 'barqu' adalah kilat, maka Buraq diasumsikan sebagai kendaraan yang kecepatannya diatas kilat atau kecepatannya melebihi gerakan cahaya.

Istilah 'barqu' bisa ditemukan dalam beberapa surah Alquran. Salah satunya, dalam surah al-Baqarah ayat 20, "Hampir saja kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali (kilat itu) menyinari, mereka berjalan di bawah (sinar) itu, dan apabila gelap menerpa mereka, mereka berhenti. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya Dia hilangkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sungguh, Allah Kuasa atas segala sesuatu."

Baca Juga


Kitab al-Jami' al-Sahih juz I hlm 99 menggambarkan bentuk Buraq berdasarkan sabda Rasulullah SAW. Dari Hadits Riwayat Imam Muslim, yang bersumber dari sahabat Anas bin Malik diterangkan Rasulullah SAW pernah bersabda, "Didatangkan kepadaku buraq, yaitu hewan (dabbah) yang berwarna putih (abyadh), bertubuh panjang (thawil), lebih besar dari keledai dan lebih kecil dari baghal, dan sekali ia menjejakkan kakinya yang berkuku bergerak sejauh mata memandang."

Buraq dalam hadis tersebut digambarkan sebagai dabbah, yang menurut penafsiran bahasa Arab, dabbah adalah makhluk hidup berjasad, bisa laki-laki bisa perempuan, berakal dan juga tidak berakal. Penafsiran tersebut menunjukkan kita tidak dapat menentukan jenis kelamin hewan tersebut, seperti halnya malaikat.

Dalam hadits lain, Rasulullah SAW pernah bersabda, "Jibril mendatangiku dengan seekor hewan yang tingginya di atas keledai dan di bawah baghal, lalu Jibril menaikkanku di atas hewan itu kemudian bergerak bersama kami, setiap kali naik maka kedua kakinya yang belakang sejajar dengan kedua kaki depannya, dan setiap kali turun kedua kaki depannya sejajar dengan kedua kaki belakangnya."

Hadits dari Malik bin Sha'sha'ah ra, Rasulullah SAW menceritakan kejadian Isra Mi'raj. Salah satu cuplikan kisahnya, "Dibawakan kepadaku hewan tunggangan berwarna putih, lebih pendek dari bighal dan lebih tinggi dari pada keledai, yaitu buraq."

Sesampainya Nabi di Masjid al-Aqsha, beliau mengikat buraqnya di tempat yang biasa digunakan para nabi untuk mengikat tunggangannya. Beliau mengatakan, "Aku mengikat buraq di salah satu pintu masjid baitul maqdis, tepat di mana para nabi mengikatkan hewan tunggangan mereka."

Rangkaian peristiwa Isra Mi'raj menunjukkan kebesaran Allah SWT kepada hamba-Nya. Mulai dari perjalanan Nabi SAW secepat cahaya dari Masjid al-Haram ke Baitul Maqdis di Palestina, dan berlanjut menuju langit ketujuh, lalu dilanjutkan ke Sidratul Muntaha.

Dijelaskan dalam surah al-Isra' ayat 1, "Maha Suci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjid al-Haram ke Masjid al-Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat."

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler