Emil akan Sulap Hotel dan RS di Bandung Jadi RS Corona
Saat ini ada 8 rumah sakit rujukan corona di Jawa Barat.
REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG---Sebuah hotel dan sebuah rumah sakit di Kota Bandung siap disulap menjadi rumah sakit rujukan tambahan. Menurut Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, hal ini akan dilakukan, jika kondisi wabah virus corona Covid-19 semakin tidak terkendali dan tidak bisa tertampung lagi di semua rumah sakit rujukan infeksi di Jawa Barat.
Menurutnya, selama ini ada delapan rumah sakit rujukan pasien Covid-19 di Jawa Barat, di antaranya RSUP Hasan Sadikin Bandung, RSTP Rotinsulu Bandung, RS Dustira Cimahi, RSU Dr Slamet Garut, RSU Gunung Jati Cirebon, RSU R Syamsyudin Sukabumi, RSUD Indramayu, dan RSUD Subang.
"Saya laporkan satu rumah sakit di Jalan Soekarno-Hatta, belum beroperasi, mau didonasikan jadi rumah sakit Covid-19, RS Edelweiss namanya. Ada satu hotel, Serela di Hegarmanah, itu akan didonasikan juga untuk dijadikan rute terkhir emergency kalau kamar rumah sakit kurang," ujar Ridwan Kamil usai meluncurkan aplikasi Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 Jawa Barat (Pikobar), di Gedung Sate, Jumat (20/3).
Emil mengatakan, ia merilis aplikasi yang memuat data Covid-19 di Jabar. Yakni, ada data nasional, rumah sakit rujukan, telefon, dan donasi juga ada di sini.
"Aplikasi ini, memuat juga jalur donasi atau bantuan dari masyarakat untuk antisipasi penyebaran Covid-19 di Jawa Barat," katanya.
Sebelumnya diberitakan, Direktur Utama Rumah Sakit Umum Pusat Hasan Sadikin Bandung, Nina Susana Dewi, menyatakan pihaknya sudah mempersiapkan tiga skenario dalam mengantisipasi penyebaran virus corona Covid-19 di Jawa Barat.
Nina mengatakan Skenario 1 adalah penyiapan tempat tidur perawatan pasien Covid-19 sampai 29 unit. Selama ini di lantai 1 Ruang Isolasi Infeksi Khusus Kemuning (RIKK) ada 5 ruang isolasi khusus yang selama ini dipakai pasien virus corona dan 24 kamar lainnya untuk pasien tuberculosis atau TBC.
"Skeneraio satu on progres, kami menggeser semua ruang isolasi TBC (dijadikan isolasi pasien virus corona), sehingga kami sudah ada 17 ruangan lagi, 12 ruangan masih dipakai pasien TBC. Skenario 1, dengan kerja sama alih rawat, 12 pasien ini dialihrawat keluar RSHS agar bisa jadi isolasi Covid-19," paparnya.
Rencana penggeseran ruang perawatan TBC, ujarnya, masih dalam pembicaraan direksi dan pihak lain yang akan menampung 12 pasien TBC tersebut. Jika 29 ruang ini terpakai semua, Nina mengatakan akan menggunakan keseluruhan Gedung Kemuning yang terdiri atas 6 lantai dan 252 tempat tidur khusus untuk pasien Covid-19.
"Di skenario 2, kami rencananya mengalihkan ruang rawat (Gedung) Kemuning khusus untuk Covid-19, tapi tentu tidak semudah itu," katanya.
Menurutnya, harus ada komitmen semua instansi, dari pemerintah pusat dan di bawahnya, untuk tanggulangi sama-sama. "Kami juga butuh anggaran dan sarana sesuai mutu standar, kami mau tujuan keselamatan pasien dan karyawan tetap dilindungi, tidak tertular," katanya.
Seandainya jumlah pasien Covid-19 sudah lebih dari 300 orang, kata dia, skenario selanjutnya adalah penggunaan gedung lain di lingkungan RS Hasan Sadikin untuk perawatan pasien Covid-19.
"Kita semua berdoa wabah selesai dan tidak terjadi hal yang terburuk. Ini tentu butuh dukungan semua, agar bisa melewati masa rumit dengan penanganan bersama," katanya.
Setiap skenario, kata dia, diiringi penyesuaian zona merah, kuning, dan hijau, demi menjaga keamanan pasien lainnya di rumah sakit tersebut. Zona merah hanya bisa diakses dokter dan perawat, zona kuning hanya bisa diakses petugas laboratorium dan petugas medis lainnya, zona hijau bisa diakses petugas administrasi.