Pemerintah Harus Pastikan Pasokan Masker, Hand Sanitizer

Ketiadaan pasokan masker dan hand sanitizer di pasaran membuat masyarakat cemas.

ANTARA FOTO
Persedian hand sanitizer di Apotek Kimia Farma Padang, Sumatra Barat sudah habis terjual, Senin (16/3). Ketiadaan pasokan masker dan hand sanitizer di pasaran membuat masyarakat cemas.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Sekretaris Jenderal Ikatan Ahli Kebencanaan Indonesia (IABI) Dicky Pelupessy menyarankan pemerintah untuk memastikan ketersediaan masker dan penyanitasi tangan berbasis alkohol (hand sanitizer) di pasar. Ia mengatakan, kedua produk tersebut perlu ada demi mengurangi kecemasan masyarakat dalam menghadapi pandemi Covid-19.

"Sebaiknya pasokannya diperbanyak, ditambah, dan diperluas," kata Dicky kepada wartawan Antara dan RRI usai jumpa pers yang diadakan oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 di Kantor Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, Ahad, terkait panic buying.

Panic buying adalah fenomena di mana masyarakat melakukan pembelian berlebih atau yang biasa disebut penimbunan barang tertentu pada saat terjadi situasi darurat. Dicky mengatakan bahwa agak sulit menetapkan patokan jumlah barang yang seharusnya dibeli masyarakat agar tidak melakukan pembelian berlebihan secara panik karena beberapa barang sedikit di pasaran, seperti masker dan penyanitasi tangan itu.

Di saat wabah virus Covid-19 terjadi seperti sekarang ini, masyarakat diliputi kecemasan karena takut barang yang mendesak dibutuhkan tidak ada atau sulit didapatkan di pasaran. Barang-barang yang menjadi incaran masyarakat saat ini adalah penyanitasitangan dan masker.

Baca Juga


Masyarakat pun berbondong-bondong mencari dan membeli produk-produk tersebut. Alhasil harga kedua barang itu menjadi melonjak tinggi dan sulit dicari dan didapatkan.

"Pemerintah harus serius untuk kemudian menyediakan barang-barang yang dibutuhkan mendesak agar membuat orang merasa aman," kata Dicky.

Dicky menyarankan agar masyarakat cerdas dalam berbelanja barang kebutuhan saat menghadapi wabah virus Covid-19 ini, bukan panik berbelanja sehingga berbelanja berlebihan dan seolah menimbun barang. Ia mengajak warga tapi menggunakan akal sehat dalam berbelanja yakni berbelanja sesuai kebutuhan dan kemampuan.

"Ada barang-barang yang lebih sedikit atau pasokannya lebih kurang dibanding barang yang lain jadi agak sulit menggunakan patokan," katanya.

Bila perlu, menurut Dicky, pemerintah bisa memastikan ketersediaan barang dengan menunjukkan kepada masyarakat bahwa pasokan barang mendesak itu aman. Misalnya satu pabrik atau anak perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang biasanya bergerak di usaha lain sekarang memroduksi masker.

"Itu memberikan sinyal yang baik," katanya.



sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler