Mahfud Jelaskan Alasan Social Distancing daripada Lockdown

Mahfud menyebut lockdown tidak manusiawi dan tidak efektif mencegah penyebaran.

Abdan Syakura
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Mohammad Mahfud MD
Rep: Ronggo Astungkoro Red: Ratna Puspita

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Mahfud MD, mengatakan, pemerintah berhati-hati dalam membuat keputusan terkait penanganan Covid-19. Hingga akhirnya diputuskan untuk mengedepankan social distancing atau physical distancing dalam mencegah penyebaran virus tersebut.

Baca Juga


Cara pertama mencegah penyebaran virus, yakni lockdown. Cara tersebut, kata dia, diterapkan secara keras di Italia. 

Meski kota sudah ditutup, ternyata masih banyak korban yang berjatuhan karena masyarakatnya tidak disiplin. Masih banyak kegiatan yang berjalan di sana.

"Itu kalau lockdown. Lockdown itu pun di samping juga agak kurang manusiawi, itu juga ternyata tidak efektif di Italia," kata Mahfud melalui konferensi video dengan sejumlah media, Senin (23/3).

Kemudian, ada cara herd immunity seperti yang dilakukan di Inggris. Mahfud mengatakan, cara tersebut juga sangat tidak manusiawi. Cara itu seolah-olah menyuruh orang untuk mencari selamat sendiri-sendiri.

"Sebab itu Indonesia menggunakan social distancing. Kemarin disepakati, social distancing itu tampaknya kurang bagus istilahnya, lalu ada istilah physical distancing yang lebih dianjurkan lagi untuk menggunakan istilah jarak fisik," jelas dia.

Dengan cara itu, pemerintah meminta masyarakat untuk menghindari hubungan dengan orang lain jika memang tidak sangat penting. Jika memang ada keperluan yang teramat penting maka dapat diatur jarak pertemuan tersebut setidaknya satu meter dan kemudian jangan lupa untuk membersihkan diri setelah itu.

"Jaraknya diatur satu meter dan membersihkan diri, tangan, wajah, baju, dan sebagainya itu supaya dilakukan oleh masyarakat atas bimbingan pemerintah, physical distancing," ungkap Mahfud.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler